Selasa, 04 Oktober 2011

New Hope


Beberapa minggu belakangan ini aku suka menghabiskan waktu luang dengan menonton keenam episode dari Epik Star Wars.. Aku suka sekali dengan jalan ceritanya, termasuk bagaimana episode I-III dibuat sebagai dari prekuel dari Episode IV-VI yang dibuat puluhan tahun sebelumnya. Sangat suka dengan kisah romantisme antara kedua orang lakon utamanya yang dibalut dalam kisah pertempuran dan perdamaian antar galaksi. Nah, aku jadi terinspirasi untuk mengambil judul note kali ini dari episode ke-4, yaitu New Hope.. He he he, bukan apa-apa, tapi cuman sekedar karena mungkin sama juga dengan hal-hal yang terjadi belakangan ini dalam kehidupanku saat memulai menuntut ilmu di University of Kansas ini..


tampak depan apartemen


Secara resminya, aku pindah ke Stouffer Place Apartment, residence atau kediaman yang diperuntukan khusus untuk para mahasiswa graduate yang berkeluarga, pada Sabtu tanggal 1 Oktober kemaren. Dengan dibantu oleh Carl, teman selaborku serta mobil yang dipinjam dari Robin, juga teman selab sekaligus satu rumah dengan Carl, kami memuat semua barang-barangku dari McCollum sebelum kemudian pergi ke Museum untuk mengambil kitchen tools yang diberikan oleh pembimbingku Town.. Setelah itu, baru sekali jalan menuju ke Stouffer Place building 18 nomor 3. Lokasinya berada di 1630 Ellis Dr 03. Stouffer ini berada di kakinya Daisy Hill, dimana McCollum, Lewis Hall, Hassinger dan sodara-sodaranya berada di bagian yang paling tinggi. Stouffer ini dirancang dalam bentuk rumah-rumah susun berukuran kecil dibandingkan dengan residen hall, biasanya dengan satu sampai dengan tiga bedroom. Pilihannya juga ada dua, mau di lantai dua atau di lantai satu. AKu kebetulan dapat apartment yang dua bedroom dan berada di lantai satu. Dan bangunan tempat apartment ku ini berada dekat dengan apartmentnya Marlyn, orang Indonesia yang dulu kuceritakan bertemu pertama kali di acara Housewarming di Hill Top. Ternyata, aku sekarang malah bertetanggaan dengannya dan justru apartment ku yang berada tepat di belakang Children Care-nya KU (semacam taman penitipan anak-anak). Jadi, kalau dalam keadaan cuaca cerah, akan banyak sekali anak-anak bule bermain-main di taman tersebut. Kawasan Stouffer ini bisa diakses dari dua jalan masuk, satu berada di persimpangan 19th street, satu lagi dari ruas jalan Irving Hill. Tapi kedua ruas jalan masuk ini tidak saling bertemu satu sama lain.. Dan jangan harap untuk bisa mengambil jalan pintas dengan mobil dengan melewati lokasi ini.

My Kithen


Ohya, aku sudah checkout dengan resmi dari McCollum di mana salah seorang dari RA yang biasanya ada di front desk melakukan inspeksi kamar sesuai dengan catatan yang diberikan saat pertama aku masuk dulu. Maksudnya untuk memeriksa apakah ada kerusakan yang terjadi pada kamar tersebut. Setelah tidak ditemukan adanya kerusakan, kami berdua kembali turun ke front desk di lantai 2 dan menandatangani surat-surat yang menyatakan bahwa aku sudah tidak menjadi penghuni lagi di McCollum, sekaligus juga mengisi sebuah formulir yang akan mengalihkan semua surat-surat yang masuk ke box di apartment ini ke box yang nanti akan kudapatkan di Stouffer. Dan kunci untuk apartment baru ini sudah kudapatkan pagi-pagi sekali di kantornya Jayhawk Tower Apartment. Stouffer dan Jayhawk Tower berada dalam satu manajemen. Kebetulan, kantor tersebut memang selalu "on" 24 jam, melayani segala kebutuhan penghuninya. AKu saat ini menemui seorang lelaki berkacamata dengan roman muka Asia atau Amerika Latin. Bicara agak pelan, sehingga aku dapat mengerti dengan mudah apa yang dibicarakannya. Sama dengan prosedur untuk memasuki McCollum, aku juga harus menandatangni berkas-berkas perjanjian untuk tidak melakukan hal-hal tertentu yang berlawanan dengan undang-undang Amerika pada umumnya, serta tidak melanggar peraturan daerah di Lawrence maupun peraturan lain yang ditetapkan untuk warga kampus. Setelah itu, aku dapat dua kunci, satu kunci untuk apartment dan satu lagi kunci untuk mailbox ku yang terletak di dekat parkiran.

Karena hari yang masih sangat pagi, serta janji yang agak molor untuk kedatangan Carl (dia lagi berada di lab di museum lantai 4 untuk suatu pekerjaan, serta keramaian di Jayhawk Boulevard akibar even Homecoming), maka janji yang awalnya jam 10, menjadi ke jam 11.30. Tapi tidak apa, memberikan aku kesempatan sedikit lebih lapang untuk kembali memeriksa apakah masih ada barang-barang yang belum dipacking, juga, seperti yang kusebutkan tadi, mengurus checkout. Nah, satu hal baru yang kutemukan berdasarkan fakta, ternyata banyak mahasiswa muslim di KU ini. Atau lebih tepatnya muslimah, yang berasal dari keturunan Pakistan, Timur Tengah, atau India yang memang merekanya lahir di Amerika ini dari orangtuanya yang pendatang. Berhubung dengan tampilannya yang sudah sebelas duabelas dengan para penduduk lokal, wajar saja aku tidak mengenali mereka. Buktinya, RA yang pergi meninjau kamarku ini ternyata adalah cewek keturunan Pakistan tapi mempunyai logat atau aksen Amerika yang sangat bagus sekali. Dari dia aku tau bahwa banyak lagi orang muslim keturunan yang ada di McCollum. Entahlah apakah mereka memang Islam agamanya tapi dalam soal berpakaian dan pergaulan sudah sama dengan para bule di sini atau kemungkinan terburuk lainnya, aku juga malas mengetahui lebih lanjut. Yang jelas, soal ini ternyata kemudian ada sedikit banyaknya dibahas malam harinya, ketika aku mengikuti event charity untuk pengumpulan dana pembangunan Islamic School di Islamic Center of Lawrence.

Untuk cerita yang kedua ini, aku sebenarnya nyaris untuk tidak ikut, karena setelah melakukan pindahan pagi sampai siangnya, juga karena tidak makan di pagi harinya, badanku mendadak lemas diiringi dengan kepala pusing. Pindah ke Stouffer yang punya dapur sendiri, artinya aku harus mulai melakukan semuanya sendirian, tidak lagi tergantung dengan Dining Hall. Nah, setelah selesai benah-benah seadanya, aku langsung mengayuh sepeda menuju ke Dillon's untuk membeli kebutuhan dapur. Di sini aku menyadari kalau kerjaan menjadi ibuk-ibuk itu memang sulit. Sedari apartment aku sudah mencoba untuk mengingat-ingat apa yang akan dibeli. Ternyata sesampai di Dillon's ini, aku nyaris lupa dengan apa yang mau dibeli. Karena kondisinya di swalayan ini yang tidak memungkinkan aku untuk searching dengan lebih leluasa untuk barang-barang masakan (seperti di pasar tradisional yang kukunjungi di kampung halaman), akhirnya aku membali bahan-bahan makanan yang praktis plus dengan sayur mayur sederhana yang bisa dimakan tanpa perlu dimasak.  Plus beberapa kebutuhan yang remeh temeh seperti sabun cuci piring malah tidak ingat untuk dibeli, sehingga piring atau gelas yang kotor terpaksa harus ditumpuk dulu di sink (bak cuci). Sebalik dari Dillon's dan setelah masak sedikit untuk makan sore itu, aku kembali berbaring, mencoba menghilangkan pusing karena telat makan. Saat itulah aku baru ingat even charity dinner yang diadakan oleh ICL tersebut. Akhirnya kucoba mengontak salah seorang ikhwan yang sering kutemui di ICL, namanya Rahed. Dia orang Pakistan. Sambil menunggu balasan dari nya, aku kembali berbaring. Ternyata tidak lama, Rashed menelpon dan bilang akan menuju ke tempatku dalam beberapa menit. Karena dia tidak tahu alamat yang sekarang, maka dia bertanya di telpon tentang jalur masuk yang lebih dekat. Kubilang saja lewat dari 19th street yang lebih dekat. 19th street ini adalah jalan dimana nanti di dekat persimpangan yang berbatasan dengan Naismith Hall terletak Islamic Center. Dan satu informasi lagi, tidak ada jalan tembus di antara apartment-apartment Stouffer ini dibuat oleh aparat KU, seperti yang sudah kuceritakan di atas. Mungkin alasannya untuk mencegah supaya anak-anak dari para mahasiswa Graduate yang menghuni kawasan ini tidak terkena dampak dari lalul lintas yang mungkin sekali akan timbul, jika dibuat jalur tembus yang melewati kawasan ini. Kemudian aku pun bersiap-siap seadanya dengan menggunakan sweater wool ku untuk melapisi baju kaus.

Tak lama, Rashed pun sampai. Aku terkejut karena dia memakai formal suit, berupa jas dan dasi lengkap.. Tapi karena tidak awa waktu lagi untuk berganti pakaian dengan yang lebih formal lagi, maka aku langsung naik ke mobil dan Rashed pun bergegas tancap gas. Kami bercakap-cakap singkat tentang berbagai hal, termasuk apartment baruku ini, lokasi acara serta acaranya sendiri. Rashed sedikit khawatir kalau kami sampai terlambat di acara tersebut, karena event organizer mau mengadakan breefing dulu. Ternyata sesampai di lokasi, yang diadakan di sebuah hotel yang bernama Holiday Inn, banyak juga yang baru datang, seperti Gareth, serta beberapa orang pemuda dari Timur Tengah. Setelah memarkir mobil dan say salam kepada beberapa orang yang kukenal, kami barengan masuk ke lokasi acara. Di dalamnya teranyata sudah ada banyak orang, termasuk para muslimah yang sudah kukenal di meeting MSA. Antara lain Iesha Kincaid (Aisha Kincaid) yang kalau tidak salah berasal dari Mesir, terus ada Saimah dari Bangladesh, tapi kelahiran Amerika, juga ada Farah, anaknya pak Firman. Untuk yang ikhwannya ada Adham yang dari Mesir serta beberapa orang dari Pakistan yang aku lupa namanya. Kami berbincang-bincang sejenak, karena ternyata acaranya mulai setelah maghrib nantinya, jadi kami masih punya waktu sekitar satu setengah jam lagi.

Rashed dan Gareth


Beberapa puluh menit kemudian, kami dikumpulkan oleh event organizer yang bernama kalau tidak salah Maggie (aku pernah ketemu di ILC dengan ibuk ini). Dia menjelaskan kepada kami semua yang mendadak didapuk menjadi volunteer tentang apa saja rangkaian acara serta apa yang bisa kami bantu di dalam acara tersebut, terutama terkait dengan penggalangan dana dari para tamu yang datang. Acara ini sebenarnya merupakan makan malam rutin yang digelar setiap tahunnya oleh ILC yang biasanya diagendakan untuk melakukan pembangunan terhadap satu infrastruktur tertentu sebagai thema utamanya. Di samping makan malam, juga diadakan pemberian semacam ceramah oleh narasumber yang nantinya bergerak juga sebagai penggalang dana. Untuk malam tersebut ada brother Ala Alaududdin yang merupakan lulusan dari sebuah Universitas di Chicago. Dan sebagai thema penggalangan dana kali ini adalah untuk pembangunan Islamic School di Lawrence yang nantinya akan diharapkan memberikan pengertian dan penanaman nilai Islam yang lebih dalam kepada kaula muda Islam yang ada di Lawrence ini. Inilah yang kumaksud dengan cerita di atas ketika aku mengetahui bahwa di McCollum terdapat banyak muslim dan muslimah, tetapi dengan sedikit atau tidak ada ciri yang bisa dikenali sebagai seorang penganut Islam. kalau di negara kita mungkin ini yang dinamakan dengan islam KTP. Ha ha ha.. Mudah-mudahan saja niat mulia ini dapat berjalan dengan baik dan memberikan peranan yang sangat penting dalam perkembangan generasi muda Islam di kota ini. Ohya, ternyata Mbak Marlyn sudah ada duluan di lokasi acara. Dia mendapatkan tompangan dari seseorang tanpa sempat bilang kepadaku, karena awalnya dia berniat untuk nebeng dengan Rashed yang menjemputku.

Muslimah Lawrence

Akhirnya, di acara malam itu berjalan juga dengan baik, penggalangan dana berjalan dengan baik dan silaturahim antar tamu juga berjalan dengan baik. Walaupun Rashed bilang bahwa tamu yang datang serta dana yang diperoleh berkurang dari tahun yang kemaren, tapi aku sudah merasakan bahwa ada niat serta semangat yang besar dari kaum muslimin di kota Lawrence dan sekitarnya untuk tetap memberikan sumbangsih terhadap islam. Malam itu aku kembali ke apartment dengan diantar oleh Rashed. Capek badan rasanya, sehingga saat tidurpun aku kesulitan, karena kayaknya batuk agak semakin menjadi. Kerongkongan jadi gatal dan hidung mampet lagi.. Tapi di atas itu semua, hari ini telah berjalan dengan baik....

Mudah-mudahan besok aku bisa mendapatkan hal yang lebih baik lagi,....

Br. Alaa
Moslems of Lawrence

Tidak ada komentar:

Posting Komentar