Rabu, 24 Agustus 2011

Very First Day on Course


Aku terkena flu lagi....

Sejak tinggal di McCollum ini, aku selalu menderita bersin-bersin yang berkepanjangan, hidung meler dan mata merah. Aku rasa karena faktor jetlag yang belum sepenuhnya hilang akibat pergantian daerah geografis belum bisa ditolerir oleh kinerja tubuh. Tapi sebagian teman Asia lain, alumni McCollum, bilang karena dormitory yang satu itu dingin udara di dalamnya udah kelewat ambang batas untuk manusia tropis macam aku ini....

Jadilah tiap ada di ruang lobby ini untuk mengakses internet aku bersin beberapa kali berturut-turut, diikuti dengan pandangan rese' dari beberapa "chicks" yang juga lagi ngenet di sekitar ku... Di kamar juga bersin.. Di bathroom juga bersin.. Lewat di hallway menuju ke main room juga bersin.. Udara dingin memang sepertinya jadi pemicu utama dari flu kontemporer ini. Belakangan saja aku baru menemukan sedikit solusi yang lumayan ampuh, minyak angin aroma terapi Freshcare yang sempat kubawa satu botol ke Amrik sini... Itupun berkat anjuran dari Mardoni, mahasiswa angkatan 2004 yang dulu pernah memakaikannya ke diriku waktu lagi pegal-pegal. Aroma hangat dan wanginya paling tidak membuyarkan konsentrasi kompresi di belakang tonsil ku, sehingga bisa menunda bersin, paling tidak sampai hangatnya habis...


Aku juga menemukan bahwa faktor dingin yang menggigit dan membuatku menggigil ini bisa ditekan dengan menggunakan lotion untuk tubuh dan wajah. Ini karena semalam aku berbincang-bincang dengan Bapak yang dari Malaysia yang beberapa hari yang lalu aku temui di dapur Islamic Center (for the record: nama beliau bukan Marlin Dian Laksitorini.. Yang namanya kusebut barusan adalah seorang wanita asal Jawa, kemungkinan istri Beliau. Sedangkan nama di Bapak itu sendiri aku juga gak tahu--Mungkin lupa, aku kan pelupa). Efek dari lotion ini barusan saja kurasakan, karena ketika bangun tadi pagi untuk sahur dan beruduk, dinginnya terasa minta ampun. Setelah shalat Shubuh dan kemudian iseng-iseng kupakai lotion itu di badan dan wajah, mendadak rasa dingin yang kurasakan menjadi jauh berkurang. Mudah-mudahan saja efek ini bukan efek temporer, karena paling tidak aku akan tinggal di McCollum ini selama sebulan atau sampai aku bisa menemukan apartment baru.

Ohya, sebelum berkisah tentang hari pertama kuliah ku kemaren, aku mungkin akan memperkenalkan dua sosok baru yang selalu menemaniku kala ngenet di lobby McCollum. Mereka adalah Daisy dan Mimi... He he he, jangan ngeres dulu.. Mereka bukan hot chick atau gadis-gadis setempat yang kemana-mana di musim panas ini (konfirmasi sekali lagi: ternyata sekarang bukan musim gugur, tapi masih panas. Musim gugur baru mampir tanggal 22 September nanti) selalu pake hotpant n toptank.. Mereka ada dua ekor lalat (langau bagi yang berlidah Minang totok)... Ha ha ha.. Desperately separating as newly wed.. Ha ha ha.. Si Daisy ini suka menggangguku kalau lagi ngenet di bangku yang dekat meja pingpong... Kalau si Mimi suka mampir kalau aku ngenet di meja dinding yang nempel di dekat tangga dorm. Ajaibnya, mereka berdua adalah lalat pertama yang kulihat di Amrik ini dan lebih ajaibnya lagi, mereka berdua gak pernah kena kalau kutemplok pake tangan atau pake alat bantu yang ada. Berhubung di sini gak boleh pake alat-alat kimia untuk membunuh serangga tanpa supervising dari para ahlinya, akhirnya aku mencoba berdamai dengan mereka berdua.. Asal jangan lebay aja menggerayangi tubuhku.... He he he he....

Naah, sekarang masuk ke pengalaman pertama kuliahku. Selasa 22 Agustus, pukul 09.30 waktu Kansas, aku secara resmi kembali menyandang gelar mahasiswa. Pake celana kanvas yang luntur karena tukang cuciku salah ngasih cairan bleaching yang dikiranya adalah softener pengharum, sehingga yang mula-mula berwarna green moss itu mendadak mirip dengan green army.. Kalau kupakai di Indonesia mungkin sudah jadi bahan ketawaan, tapi kalau di sini, seperti yang sudah kubilang, masa bodoh dengan orang lah.. Yang penting style still going on.... He he he.. Sebagai padanannya, kupakai kaos abu-abu berkerah. Dan tidak lupa, jaket kubawa di dalam tas, untuk mengantisipasi jika ruangan kuliahnya juga dingin. Maklum, orang tropis udik yang baru seminggu lebih di Amerika ini belum bisa mengantisipasi kondisi cuaca setempat.

Setelah pede dengan style tersebut, aku lalu melangkah ke luar menuju ke halaman McCollum, mencegat bis kampus KU yang berwarna biru royo-royo. Selama hari-hari aktif kuliah dari Senin sampai Jum'at, bis ini akan datang sekali 10 menit. Kebetulan pas aku sampai di halaman McCollum, satu bis lagi nongol, menunggui mahasiswa yang akan berangkat ke kampus masing-masing. Dengan ramah dia langsung menanyakan kabarku dan akan kemana pagi ini. Tadi pagi pas sahur kulihat jadwal kuliah untuk pagi ini adalah Systematic and Macroevolution yang akan dilaksanakan di Dole Human Development Center 4014. Setelah kulihat di peta, ternyata gedung itu berada di sebelah Haworth, tempat dua kuliah berikutnya dilaksanakan. Jadi, artinya dia akan lewat di Sunnyvile Drive. Pak Sopir yang ramah itu bilang bahwa bis ini (nomor rutenya 43 Blue) tidak melewati daerah tersebut. Alternatif tercepat, katanya kalau aku lagi buru-buru, adalah dengan berjalan langsung ke arah Dole HDC tersebut dengan menuruni Daisy Hill ini. La iya lah Pak, kan jarak terdekat antara dua titik adalah garis lurus yang menghubungkan keduanya...?? Tapi aku kan lagi puasa, jadi agak mmoh untuk jalan kaki. Kuminta Pak Sopir itu untuk nanti menurunkan aku di titik terdekat ke Dole HDC dan selanjutnya aku akan berjalan kaki.

Setelah ngetem beberapa menit lagi, akhirnya bis tersebut mulai bergerak, melalui setiap dormitory mahasiswa yang terletak di Daisy Hill ini. Pak Sopir itu memperkenalkan diri, bahwa dia yang akan menjadi sopir bis tersebut selama semester ini. Kelihatannya Pak Sopir yang udah manula ini, orang yang periang. Dia selalu menyanyi dan bersiul sambil mengendarai bisnya. Saban melihat cewek cakep, dia sapa. Di dalam bis KU ini disediakan pengeras suara yang corongnya diletakkan di dekat Sopirnya, sehingga setiap kali akan mencapai sebuah halte, sang Sopir akan segera mengumumkan perhentiannya tersebut kepada penumpang. Sedangkan di bangku penumpang sendiri ada semacam kawat kuning yang terhubung satu sama lainnya di masing-masing bangku penumpang, sehingga setiap orang yang akan berhenti sedikit di luar titik perhentian tersebut bisa menarik untaian kawat tersebut dan sinyal berhenti akan menyala di dekat sopir.. Ha ha ha.. Beda dengan bis kampus unand, yang kalau mau berhenti harus mengetuk bagian atas bis atau pakai tepuk tangan.. Di sini semua serba pasti, jadi kalau mau berhenti, sebaiknya berhentilah di tempat yang sudah ditentukan. Walaupun bisa berhenti di tempat yang kita inginkan dengan menarik kawat tanda berhenti tadi, biasanya para sopir jarang yang mau menurunkan di luar tempat yang sudah ditentukan.

Dole HDC Building
Jadilah aku naik bis itu sampai ke perhentiannya yang di persimpangan Learned Hall (gedung ini milik fakultas Teknik). Dari sana, aku berjalan di sepanjang Sunnyvile Drive dan sampai ke Dole HDC kira-kira setengah jam dari jadwal yang sudah ditentukan. Aku segera naik ke lantai 4, untuk mencari ruang kuliah yang dimaksud dengan menggunakan lift. Sampai di lantai 4, di ruang tunggunya kulihat ada seorang gadis lagi duduk membaca. Aku teruskan saja mencari ruangan 4014 yang dimaksud, berdasarkan petunjuk ruangan yang tersedia. Tapi ternyata, setelah dua kali bolak-balik ke masing-masing saya gedung dan melewati gadis yang lagi duduk membaca tadi, aku belum juga menemukan ruangan yang dimaksud. Pas sekali lagi lewat, gadis itu menegurku, "Are you looking for room 4014? It's over there.." Katanya sambil menunjuk ke dalam ruangan jurusan Human Resource.... Lha, pantasan gak ketemu. Yang kupikirkan ruangan kuliah berukuran besar, ternyata ruangan yang dimaksud adalah ruangan kecil berukuran 6 x 6 meter dan diperuntukan untuk ruang diskusi. Karena waktu yang masih panjang dan belum ada nampaknya yang datang, aku duduk menghampiri si gadis tadi yang memperkenalkan dirinya bernama Megan (bukan Megan Fox dong, kalau iya, wah, bisa pingsan diriku). Dia berasal dari jurusan Paleontology, ruangannya kira-kira dua tingkat nanti di bawah ruanganku di the Natural History Museum. Dia mengambil kelas yang sama denganku di pagi ini. Sebelumnya dia merupakan mahasiswa bachelor jurusan yang sama di Universitas Kecil yang ada di Kansas ini. Sebagai catatan, terdapat puluhan universitas swasta di Kansas dan negara bagain Amrik ini. Mungkin yang terkenal memang yang sering nampang di directory pencarian universitas terkenal saja. Tapi sebenarnya, terdapat ratusan universitas di sini. Si Megan tadi juga dengan berbaik hati membantuku mencarikan buku panduan untuk kuliah ini melalui website universitas..

Tak berapa lama, datang Kin Onn Chan yang dari Malaysia. Dia juga kebingungan mencari ruangan kuliah yang sama. Katanya dia mau lihat-lihat saja dulu untuk kali pertama ini, sebelum memutuskan untuk mengambilnya atau tidak. Setelah berbincang-bincang beberapa saat, datang lagi serombongan orang dipimpin seorang wanita yang mengapit laptop di dadanya. Kayaknya mereka juga mencari ruangan yang sama. Megan kembali menegur dan menyapanya serta menunjukkan ruangan yang dimaksudkan. Mereka berombongan segera menuju ke ruangan tersebut. Aku, Megan dan Chan juga mengikuti mereka, karena waktu untuk kuliah sudah dimulai

Dole HDC 4014
Ternyata wanita yang mengapit laptop tadi adalah dosennya. Sekali lagi, karena pakaiannya yang sangat formal jika dibandingkan dengan jabatannya sebagai tenaga pengajar di Universitas yang bergengsi ini, tentunya sangat berlawanan kalau dilihat dari kacamata orang Indonesia sepertiku yang sudah biasa disuguhi pemandangan, bahwa tampilan luar selalu harus lebih diutamakan daripada "isi" di dalamnya.. Ha ha ha.. Si wanita tadi masih menunggu beberapa saat untuk menantikan mahasiswa yang kemungkinan akan datang. Dia mengatakan bahwa sebenarnya mereka (dosen untuk mata kuliah ini lebih dari satu orang, lima orang plus satu orang dosen tamu) menginginkan perkuliahan di Haworth Hall, tapi udah keburu penuh dan mereka tergeser ke gedung tetangganya ini. Setelah tidak ada lagi mahasiswwa yang diperkirakan akan datang, sang Dosen membuka kelasnya. Dia memperkenalkan dirinya bernama Paulyn Cartwright, Associate Professor (atau asisten Professor) di EEB ini. Kemudian seluruh mahasiswa diminta untuk memperkenalkan diri satu persatu, biasanya dengan standard nama, department dan supervisor. Setelah semua memperkenalkan diri, Paulyn mulai menerangkan syllabus perkuliahan yang versi printed nya sudah dibagikan di awal perkuliahan. Secara ringkasnya, kuliah ini akan meliputi pemberian lecture oleh para dosennya, kemudian ada sesi reading nya dan juga ada exam nya... Untuk yang terakhir ini, para mahasiswa sepakat untuk melakukannya dalam bentuk short-essay, bukan dengan membuat paper. Haaaahh.. Oke lah....

Paulyn Cartwright Paulyn Cartwright; Ecology and Evolutionary Biology 01-13-2005 ©The University of Kansas/Office of University Relations Credit: Doug Koch file name: CartwrightPaulyn_04409 in archive folder: 04409_Portraits ©The University of Kansas/Office of University Relations

Kuliah dengan Paulyn tidak berlangsung lama, karena hanya bersifat introduction. Setelah meninggalkan pesan bahan bacaan untuk pertemuan selanjutnya, kelas kami pun bubar. Aku menuju ke restroom dulu, karena suhu yang dingin mau tak mau membuat vesica urinaria jadi terisi dengan cepat. Karenanya, aku ditinggal oleh Chan dan lain-lain yang segera menuju ke ruang kuliah berikutnya di Haworth 2025 untuk kelas Biometry dengan John Kelly. Di sepanjang hallway lantai 2 tersebut sudah banyak menunggu mahasiswa yang akan kuliah. Sementara ruang kuliahnya sendiri masih dipakai oleh kuliah yang sebelumnya. Sekitar pukul sebelas kurang, kelas tersebut bubar dan kami yang akan mengambil Biometric bisa masuk dan duduk mengambil bangku yang kami sukai. Ternyata kelas ini adalah kelas besar. Hampir lebih dari 30 orang mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu, termasuk EEB, Paleontology, Engineering, Psychology dan Environmental Science tumplek blek ke dalamnya. Aku juga menjumpai kenalan-kenalan sejurusan ku di sana; Robyn (akhirnya aku bisa mengembalikan kunci duplexnya karena sejak pindah ke McCollum, belum sempat berkunjung ke sana), Kate, Patrick, Mabel, Kyungjin termasuk Chan. Tidak beberapa lama, masuk dosennya, John Kelly. Orangnya masih muda juga, paling lewat dari 40an umurnya. Memakai dasi merah dengan kemeja putih dan celana jeans. Cukup formil dibandingkan dengan dosen-dosen sebelumnya yang kujumpai...

Setelah jam sebelas lewat, John langsung membuka kelasnya. Ternyata dia berlogat Selatan, yang ngomongnya sangat cepat dan nada bicara yang tegas. Setelah ngomong satu "chapter" dia akan bertanya "any question" kepada setiap attendant di kelasnya. Kemudian dilanjutkan dengan absensi, sekalian dia menanyakan nama, nama panggilan, department dan supervisor. Kemudian dia menerangkan syllabus, system perkuliahan serta praktikum yang akan dilakukan. Dia juga menyebutkan Patrick Monnahan (yang kujumpai lagi ngasih makan kakatua nya Robyn saban hari) sebagai TA atau Teaching Assistant nya. Kelas yang ini pun juga tidak terlampau lama berjalan. John yang berbicara dengan tempo cepat khas logat Selatannya menutup kelas kembali dengan "Any Question.."

Di luar kelas, Kyungjin yang dari Korea mengeluhkan bahwa dia hampir tidak memahami sama sekali apa yang disampaikan John di dalam kelas tadi. Akupun menghiburnya dan bilang bahwa akupun hampir sama dengannya. Ha ha ha...
Kyungjin Min

Kelas berikutnya ada di pukul 3.30 pm. Artinya ada beberapa jam lowong. Aku memutuskan untuk ke Kansas Union, meminta KU Card ku yang merupakan barang penting di sini.. Berjalan dikit, aku sampai di gedung yang terbuat dari batas merah tersebut. Aku langsung menuju ke KU Card Center tersebut dan menanyakan apakah aku sudah bisa membuat KU Card ku.. Dia menanyakan ID card ku atau passport. Setelah kuberikan passport, dia segera mencarinya di database dan ternyata aku sudah bisa membuat KU Card.. Kemudian aku dipersilahkan duduk di salah satu bangku yang ada di depan kamera.. Dalam hitungan tiga aku dijepret dan satu menit kemudian, jadi lah kartu mahasiswa ku ini... Lagi-lagi berbeda dengan proses yang sama di Universitas ku yang bisa mencapai beberapa hari bahkan sampai beberapa minggu. Hu hu hu....

My KU Card, finally..

Kemudian karena di samping KU Card Center ada Commerce Bank, aku jadi berniat untuk membuka akun di sana. siapa tahu nanti diperlukan untuk pembayaran uang kuliah dan sebagainya. Lalu setelah bertanya dengan petugas yang ada di sana, aku diberikan serangkap formulir untuk diisi. Aku membawanya ke meja dekat tempat orang-orang biasa duduk. Saat sedang mengisinya, aku melihat seorang pemuda yang biasa kujumpai di Islamic Center. Dia memberi salam dan kemudian menanyakan sedang apa. Saat tahu apa yang kulakukan, dia menyarankan aku untuk mengecek ke KU Credit Union, semacam Bank Perkreditan khusus untuk mahasiswa, karena katanya lebih praktis dan fasilitas yang disediakan lebih mendukung untuk kehidupan mahasiswa. Yaaah, aku juga jadi mempertimbangkannya. Oke lah, karena letak Kansas Union tadi agak jauh, yaitu di Naismith 23rd Dr, aku jadi malas ke sana. Nanti sajalah saat aku sudah mempunyai Social Security Number. Itupun setelah supervisor ku yang satu lagi, Townsend Peterson kembali dari lapangan. Karena tidak ada lagi yang bisa kukerjakan di sini, lagian juga kalau terlampau lama di sini godaannya cukup besar. Bukan hanya "dagangan" para hotchick di sini yang ngebrojol dimana-mana... Tapi juga karena gedung Kansas Union ini adalah sentra tempat makan di KU, jadi dimana-mana orang-orang yang non muslim lagi makan siang... Hwadoooh....

Aku memutuskan kembali ke McCollum. Buat tidur...

Jam tiga, aku kembali nyari bis buat ke Haworth 1005 untuk mengikuti Department Seminar... Sebenarnya kuliah yang ini berisi presentasi dari para mahasiswa tingkat lanjut yang sedang mengerjakan thesis atau disertasinya... Jadi mereka membuat semacam seminar kecil-kecilan dengan menampilkan sebagian dari penelitian mereka. Untuk kali ini ada tiga orang yang memberikan tampilan, yaitu Sarah B-R.(Consequences of pollinator loss in Mimulus guttatus); Sarah Schmidt  (Putting together the Prairie Potamoplankton puzzle) dan Charles Linkem (Molecular systematics of forest skinks (Scincidae: Sphenomorphus group): challenges of large data matrices in phylogenetics). Presentasi ini dibawakan dalam ruangan bertipe theater dengan susunan bangku yang menurun ke bawah. Yang hadir ramai sekali, mulai dari mahasiswa sampai ke seluruh staff dosen yang ada. Juga sebelum mulai, ada cookie dan coffee yang diberikan sebelum hadirin masuk. Kami yang mahasiswa baru EEB juga sempat diperkenalkan kepada seluruh hadirin sebelum presentasi pertama dimulai.

Penampilan ketiga presenter tadi terhitung bagus. Aku yang duduk bersama dengan Mabel, Kyungjin dan Jin berdecak kagum dengan kepintaran mereka dalam mengolah hasil penelitian dan menampilkannya, serta kemudian menampilkannya. Sebenarnya untuk para penampil di dalam Department Seminar ini tidak ada diberikan grade A atau apa, tapi ini lebih merupakan semacam ajang pemanasan sebelum mereka melakukan defense di depan panelis sidang doktoral mereka. Sedangkan untuk mahasiswa yang mengambilnya sebagai salah satu mata kuliah, penilaian didasarkan nanti pada tingkat kehadirannya saja. Wuiih, mantap.. mantap.. mantap.... Aku dan Kyungjin sampai-sampai ragu akankah kami bisa melakukan presentasi macam itu nanti di masa yang akan datang??

Setelah itu, aku ditemani oleh Kyungjin ke Anschutz Library untuk mencari buku bacaan untuk Biometric. Katanya mungkin masih ada beberapa eksemplar di san. Tapi setelah dicek dengan petugasnya, termasuk dengan usaha untuk mencari yang versi fotocopy an nya.. Nihil... Nampaknya aku memang harus membeli juga satu nih, walau harganya yang lumayan tinggi buat kantongku yang semakin singset dari hari ke hari ini akan membuatku makin mengetatkan ikat pinggang... He he he....

Setelah selesai kuliah terakhir ini, aku berjalan pulang ke McCollum, sekallian bareng dengan Kyungjin yang satu arah di Jayhawk Tower.. Kemudian sesampai di McCollum, aku hampir-hampir terkapar, karena saking capeknya hari ini kuliah tiga kali dalam keadan puasa.. Untung saja aku sempat nyetel alamr HP untuk bangun lebih awal, sehingga ketika sampai di Islamic Center sorenya, bertepatan sekali dengan waktu buka...

Aku langsung ketemu dengan si Bapak dari Malaysia, Azhar dan Zahri (yang ini pasangan duonya Azhar, baru aku tahu namanya kemaren). Biasa, berbuka dengan yang manis-manis kayak korma dan susu non fat.. Kemudian makan besarnya setelah shalat Maghrib.

Kembali hari ini aku menemukan satu fakta yang cukup mengesalkan tentang orang Arab, terutama anak-anak dan pemudanya.. Mereka kalau ngambil makanan suka melimpah ruah dari piringnya, tapi kemudian gak mereka habiskan. Ini kelihatan saat membereskan piring-piring kotor, biasanya piring yang ada di meja tempat mereka ngumpul selalu bersisa makanannya banyak. Sampai-sampai si Bapak dari Malaysia marah-marah dan bilang, "Dasar anak-anak keturunan "Abu Lahab, Abu Jahal dan Abu Sofyan..!!" Iya sih, aku lihat mereka memang agak kurang juga dalam masalah etika dan kesopanan. Kalau makan, di samping bersisa banyak, mereka juga suka membuang remah-remah atau sisa makanannya secara sembarangan di meja tempat mereka makan. Terus mereka juga suka mengambil makanan, hanya sekedar karena mereka pengen bersaing mengambilnya, bukan karena mereka butuh... Di samping itu, mereka juga kurang hormat dengan orang-orang tua yang non Arab... Kayaknya anggapan mereka bahwa bangsa non Arab lebih rendah dari mereka berlaku juga tuh... Gak heran mereka memperlakukan para TKW kita dengan semena-mena sehingga banyak kejadian seperti kasus Ruyati yang baru-baru ini terjadi. Oh ya, ngomong-ngomong soal Ruyati, kemaren aku ada melihat di Youtube video pemenggalannya yang disiarkan oleh sebuah stasiun televisi di Iran.. Wiih, bener-bener sekejap mata saja langsung putus tuh... Dan algojonya melakukannya tanpa ragu. Aku saja sampai ngeri setiap teringat...

Haah... Malam ini aku benar-benar terkena feedback dari jetlag dan kondisi tubuh yang kurang stabil.. Saat shalat tarawih beberapa kali sempoyongan hampir jatuh karena menahan kantuk dan kondisi body yang benar-benar tidak fit...

Hhhh... Untung Rabu ini istirahat...

Mudah-mudahan Kamis besok sudah siap tempur lagi....

Selasa, 23 Agustus 2011

My First Days in McCollum


Awal mulanya dulu aku memang sempat sedikit menyesal, kenapa memilih McCollum sebagai tempat tinggalkku, karena secara umum, apartment atau lebih tepatnya dormitory ini diperuntukan lebih ke mahasiswa yang mengambil undergraduate study di KU ini. Jadi tidak heran kalau aku menemukan suasana ala kuliah Tahun I dulu, walau tentunya dengan pola yang berbeda.. Amerika gitu loh.. Jadi, ujung-ujungnya, dalam dua hari ini aku sudah merasa betah di sini... Dengan segala kondisi dan keadaannya...

Ha ha ha.. Gimana bagusnya ya, menceritakan kondisi di McCollum ini??

McCollum Residence Hall

Mungkin dimulai dari gedungnya sendiri.. Gedung untuk McCollum Residence Hall berada di Daisy Hill, sedikit terpisah dengan main campus yang terletak agak lebih rendah dari tempat ini. Bangunan ini terbuat dari bata yang di bagian luarnya memang tidak di pelster sedikit pun, sehingga dari kejauhan terlihat berwarna coklat kemerahan, seperti umumnya bangunan yang terdapat di Kansas ini.. Dormitory ini diberi nama berdasarkan nama dua orang professor KU yang sudah lama mengabdi, yaitu Dr. Elmer McCollum dan Dr. Burton Verner McCollum (dua-duanya udah almarhum). Merupakan bangunan asrama terluas di KU, dengan bentuk bangunan bersayap tiga (sisi Timur, Barat dan Selatan) serta kemampuan untuk menampung sekitar 900 mahasiswa (salah satunya, yang menghuni lantai empat, yaitu aku... He he he). Di sekitarnya, dalam bentuk yang lebih umum ada dua dorm lagi, yaitu Templin Residence Hall dan Margareth Hasinger Residence Hall/Ekdahl Dining Complex... Sedangkan lebih sedikit ke bawahnya, yang terletak dalam kondisi "berserakan" adalah Stouffer Residence Hall, yang diperuntukkan kepada mahasiswa yang membawa keluarganya di KU dan umumnya adalah mahasiswa graduate.. McCollum mempunyai kamar standar dengan dua bedroom dan kamar mandi communal yang dipakai secara bersama-sama...


Sedikit tambahan untuk dorm ku ini, untuk masuk dari pintu utama, kita harus memakai KU Card. Gerbang utama, yang terdiri dari dua lapis pintu, yaitu pintu luar yang accessible dan pintu dalam yang terkunci kalau dibuka dari luar. Sedangkan kalau dari dalam bisa langsung didorong dengan menekan plang pintunya. Nah, untuk membuka pintu dari luar, kita harus menggesekan KU Card ke slot yang ada di dinding. Aku yang belum punya terpaksa harus sering "numpang" pada mahasiswa lain yang sudah punya. Setelah di dalam, kita akan ketemu dengan front desk yang biasanya menjadi sumber informasi, media pengaduan dan sebagainya bagi para penghuni dorm. Kemudian sedikit ke dalam, kita akan menemukan ruang social yang sangat luas, dilengkapi dengan bangku yang menghadap ke sebuah televisi layar super lebar, lalu ada sofa dan mejanya dan mejanya dalam empat kelompok besar yang bisa dipakai kongkow-kongkow oleh mahasiswa, ada juga meja semi cafetaria, baik yang menempel ke dinding atau yang lepas dalam bentuk meja bundar dan dikelilingi oleh kursi-kursi lipatnya. Kemudian ada satu meja bilyar, satu meja untuk pingpong dan yang terakhir adalah sebuah piano yang bisa dipakai oleh siapapun yang ingin menyalurkan bakat bermusiknya. Dari pagi sampai siang ini, sudah dua orang mahasiswa yang kulihat memainkan piano tersebut dengan bagusnya.. Aku jadi iri dengan kemampuan mereka tersebut. Oh ya, di ruangan sosial ini juga ada wi-fi sehingga setiap orang bisa mengakses internet dengan mudah. Bahkan kalau kita menggunakan saluran khusus untuk mahasiswa dengan log in menggunakan KU ID, katanya bisa lebih cepat. Aku sampai saat ini masih belum bisa ngenet dengan cara seperti itu... Satu lagi fasilitas untuk mahasiswa adalah disediakannya jemputan sampai ke dekat pintu masuk McCollum bagi mahasiswa yang akan berangkat kuliah... Wuih, enak fasilitasnya.... Dan tak lupa, seluruh ruangan akan dibersihkan setiap paginya oleh staff bagian kebersihan dan untuk ruangan sosial di lantai 2 ini, biasanya kursi dan sofa yang berserakan setelah dipakai oleh mahasiswa bercengkrama di malam harinya, akan kembali disusun. Lantai juga akan dibersihkan dengan menggunakan vacuum cleaner serta sampah-sampah akan disatukan dan dibuang ke tempat khusus. Di gedung ini peraturan recycle untuk semua sampah yang masih bisa digunakan diberlakukan dengan cukup baik. Di masing-masing tingkat juga ditetapkan RA (Room Assistant) yang biasanya diambil dari penghuni lama yang sudah tinggal lebih dari dua tahun dan mereka ini bertugas untuk memandu mahasiswa baru yang baru saja masuk ke dormitory ini.

McCollum, aerial portrait

Outside McCollum
Me in front of McCollum
Social Room
Piano in SC




Kemudian bercerita tentang penghuninya, McCollum cukup beragam penghuninya, yang secara kasar mungkin akan kubagi menjadi beberapa kelompok besar, yaitu Caucasoid, Negroid dan Mongoloid (he he he... Ini berdasarkan kuliah genetik dan Taksonomi Hewan Vertebrata bab Mamalia tingkat atas)... Untuk caum Caucasoid, tentunya lebih banyak didominasi oleh pemuda pemudi Amerika sendiri... Ada juga yang dari Eropa yang datang ke sini baik untuk sekolah atau pertukaran pelajar atau malah hanya untuk Fall/SummerSemester. Bisa juga ditambahkan di sini sebagian dari Caucasoid yang berasal dari Timur Tengah.. Aku paling suka dengan orang-orang muslim Timur Tengah yang kadang suka bikin aku salah duga mereka adalah muallaf.. Padahal, mereka sudah Islam dari nenek moyangnya... Secara umum, mereka ini mempunyai kulit yang pucat-bahkan banyak yang mempunyai bintik-bintik coklat atau merah pada kulit atau wajahnya, tubuh mempunyai banyak rambut pada yang lelaki, rambut pirang ikal dan mata yang biru, abu-abu atau hijau. Tubuh mereka rata-rata tinggi besar (ini yang membuat aku suka iri, karena walaupun namanya mahasiswa tahun satu, aku selalu tengadah kalau mau melihat tampang mereka. Habis tinggi siih.. Tapi beberapa hari yang lalu aku menjumpai bule yang tubuhnya rata-rata la... Sama tinggi denganku.. Ha ha ha.. Impas deh!!). Kalau bule yang dari Amerika atau Eropa berpakaian biasanya seenaknya saja. Yang perempuan di saat cuaca panas begini, sangat suka pakai hotpan yang beda-beda tipis la sama kolor yang kupake-off the record deh untuk yan gini. Kalau yang cowok, lebih suka memakai pakaian ala pebasket, dengan celana gombrong, singlet atau kaos sleeveless.. Tapi di atas itu semua, aku paling suka melihat bule yang Timteng... Ada aura tersendiri melihat mereka yang bertampang bule, tapi mengenakan busana keislaman dengan anggunnya... He he he, kira-kira mirip Rianti Cartwright memakai jilbab la.. Anggun...

Bule Cowok
Bule Cewek
Bule Idaman.. Hi hi hi...

Selanjutnya, adalah kaum Negroid atau para kulit hitam. Kalau untuk kelompok yang satu ini, aku bener-bener angkat tangan.. Mereka bener-bener penuh kreatifitas, enerjik, kalau ngomong suka nyaingin kayak kereta api cepatnya, kalau ketawa suka cekikikan cenderung ngakak dan mereka suka sekali groupy (berkelompok sesamanya, bahkan bisa juga dengan kelompok campuran dengan yang kulit putih.. Walau sama sekali tidak mengurangi kebrisikannya kalau udah mulai ngerumpi). Cewek-cewek kulit hitam ini suka heboh dalam dandan, beda dengan cowoknya yang setipikal pakaiannya dengan para cowok Caucasoid.. Walau secara dasarnya mereka mengenakan pakaian yang sama dengan cewek-cewek bule (hotpant, tanktop de el el) tapi mereka suka sekali menambahkan aksen seperti kuteks yang warna warni--bahkan antara satu jari dengan jari berikutnya beda warna, ikat rambut dengan style, metoda dan bling-bling yang aneh dan beraneka warna dan aksesoris lain yang kadang bagi mata yang tak kuat memandang, akan merasakan silau yang tak berketentuan... He he he.. Lebay.com.. Banyak juga yang cantik, dengan tubuh ramping, rambut yang gak kiwil-kiwil amat cenderung lurus dan dandanan yang pas, mirip-mirip Melody Thornton-PCD member; tapi lebih banyak yang tetap tampil cuek bebek dengan dandanan serba mini-hotpant plus kaos kutang-dengan body yang aujubilee, lemak menggantung di sana sini (walaupun obesitas juga kasus yang umum di antara para Caucasoid di Amerika). Bahkan beberapa ada yang punya tipe body seperti wanita subras Capoid, dengan pantat yang "monyong" ke belakang.. Satu lagi ciri umum dari kelompok mahasiswa negroid ini adalah bibirnya yang rata-rata agak "berlebih". Mungkin karena kelebihan di bibir itulah, mereka kalau ngomong suka ceplas ceplos. Gak heran juga kalau aliran lagu rap berasal dari kelompok manusia ini... Love you MCHammer!!

Negroid in most descritionFemale Negro Capoid...
Modern Blackman
My Sweet Melody Thornton

Kemudian ras terbesar berikutnya adalah yang dari Asia, Mongoloid... Harus kuakui, kemampuan finansial dari negara-negara taiphoon Asia macam China, Korea dan Jepang, membuat mereka semua dengan mudah mencapai universitas di Amerika dan Eropa... Tentu saja, otak mereka pun tidak kalah encer.. Beda dari kawasan Asia lainnya yang masih terbelakang, seandainya ada yang dari kawasan sana sampai ke sini, itu pastilah karena kemampuan otaknya yang benar-benar bagusan lah (ini gak bermaksud memuji diri sendiri lho.. Tapi yaa, paling gak aku juga sering juara kelas waktu SD sampai SMU dulu..). Termasuk juga ke dalam kelompok ini adalah rumpun bangsa Melayu yang berbeda secara fisik dari para mahasiswa Korea dan Jepang (yang paling jelas dari sipit matanya bis dilihat...). Di samping itu, pakaian yang digunakan oleh ketiga bangsa sipit ini cenderung juga hampir sama dengan para Negroid dan Caucasoid seksi. Saban ngeliat mereka, aku juga harus pandai-pandai menahan diri dan pandangan, karena yang perempuan membuka pahanya tinggi-tinggi. BUPATI gitu loh. He he he.. Lebih spesifik, cewek dan cowok dari Jepang suka mewarnai rambut mereka dengan warna-warna pirang.. Mungkin terinspirasi dari komik-komik Jepang yang mengandalkan lakon pirang-cakep-tinggi-langsing... Ha ha ha... Sedangkan yang dari Korea sedikit bisa diidentifikasi dengan melihat morfometri muka yang agaklebih lonjong dibandingkan dengan dua bangsa yang lain. Aku juga udah kenal beberapa dari mereka, misalnya Hyejoo Kooh, cewek bagian Art Dept dari Korea.. Kemudian ada Yuichi yang barusan kukenal saat note ini dibuat.. Terus ada teman sekamarku si Lou Chang dan geng-nya.... Sedangkan dari rumpun Melayu yang berpakaian cenderung lebih sopan dan penuh kesantunan, ada Rofizah dari Malaysia, belum terhitung para pemuda Malaysia yang di Islamic Center... Ohya, kemaren di Islamic Center yang masak adalah orang Malaysia yang berasal dari Indonesia, nama si Bapak itu Marlin Dian Laktosini kalau gak salah.. Termasuk orang yang dituakan juga di Islamic Center tersebut dan beristri wanita Indonesia tulen...

Chinese Boy
Chinese Girl

Typical Malay Girl

Selanjutnya ada lagi mahasiswa dari daratan India dan sekitarnya. Meliputi tentunya orang-orang India, Srilangka, Pakistan, Bangladesh. Yang disebutkan dua belakangan biasanya adalah negara muslim dan beberapa orang dari mereka telah kujumpai di Islamic Center ketika berbuka puasa. Orang-orang ini umumnya mempunyai penampilan kulit yang agak gelap bahkan cenderung hitam, dengan rambut yang hitam bergelombang panjang. Yang perempuan biasanya mengenakan pakaian khas India (sari) dan yang pria mengenakan kemeja semi formal dengan celana panjang. Yang dari India dan Srilangka sering mengenakan tanda bintik merah di keningnya (ini untuk yang sudah menikah). Mereka berbicara dalam bahasa Inggris dengan logat yang khas India.. Kadang pada kasus yang lebih ekstrim, mereka cenderung menggoyangkan kepala dan tangannya saat berbicara untuk memberikan penekanan pada apa yang mereka bicarakan. Mirip dengan orang yang berdeklamasi. Mereka ini umumnya juga mempunyai kecerdasan yang baik dan sangat mempertahankan tradisi mereka (paling jelas bisa dilihat dari sari yang selalu digunakan oleh yang wanita). Salah satu contoh untuk orang India ini adalah Narayani Barve, teman satu lab ku.. Di kampus dia umumnya mengenakan sari.. 

Narayani Barve

Selanjutnya dalam golongan minoritas juga ada yang namanya Hispanic atau mereka yang berasal dari Amerika Latin. Orang-oran gini cenderung lebih enak dilihat daripada mereka yang Caucasoid, karena tampangnya yang masih menyisakan kebuleannya, tapi dengan kulit yang lebih halus dan tanpa bintik. Mereka ini dipercaya adalah turunan silang dari para penjelajah Spanyol dan Portugis yang menikah dengan orang asli Indian. Hasilnya memang bagus sih.. Lihat saja pemain telenovela dari Mexico, Brasil atau Venezuela. Di samping itu, negara-negara Amerika Latin ini secara rutin menjadi pemasok finalis Miss Universe setiap tahunnya.. Ya kan?? Kalau dari lab ku, ada Andres Lira-Noriega.. 

Andres Lira-Noriega
Kalau yang ini ingat kan siapa??

He he he.... Cukup bicara tentang orang-orang lain yang ada di sekitarku...

Sekarang cerita tentang diriku lagi. Kemaren aku sudah beli beberapa barang kebutuhan yang kayaknya memang mendesak. Pertama aku beli rice cooker di supermarket Nash Hard Ware berikut dengan extension cable yang panjangnya cuman 1 meter.. Habis colokan di kamar cuman dua di sisi bagianku.. Lou mendominasi colokan yang lebih banyak di dinding sebelahnya. Oh ya, sedikit info tentang si Lou ini, anaknya lumayan enak la untuk diajak berteman. Tapi kayaknya dia menyimpan sesuatu. Gak tau apakah karena dia kurang lancar ngomong bahasa Inggrisnya atau karena apa. Tapi aku merasa dia ada menyimpan rahasia terkait dengan ke-roomate-an kami. He he he.. Oh ya, aku sering mendapati dia berdua di kamar dengan teman cewek sesama dari China nya... Walaupun kadarnya tidak begitu sama dengan kadar yang ditunjukkan oleh Robyn dengan boyfriend-nya, tapi kan teteup kurang enak juga...

Oke, kembali ke cerita ku lagi.. Setelah membeli ricecooker di Nash Hardware, aku juga membeli persediaan makanan di Dillons. Kemudian malamnya setelah berbuka, aku diantar oleh Azhar membeli HP prepaid dan Headset untuk percakapan dengan skype di Walmart, supermarket terbesar yang ada di Lawrence ini. HP yang kubeli mereknya LG dan ter-link langsung dengan provider T-mobile.. Dan di sini makan pulsanya sebulan $30 untuk paket yang kupilih.. Lumayan lah.... paling tidak bisa membuatku terhubung dengan teman-teman di sini, walaupun aku belum begitu fasih menggunakannya. 

Satu lagi update terbaru, aku berhasil mendapatkan sepeda setelah searching dari craiglist. Sepeda yang ditawarkan seharga $60 tersebut setelah kucek hari ini, ternyata tidak dalam keadaan yang baik. Pemiliknya, Bob Forer yang datang mengantar sepeda itu ke McCollum dengan menggunakan Truck GMC warna marun itu, mengatakan sepeda itu sudah lama dibelinya dan tidak pernah di service dengan baik, karena dia hanya mengerti makainya saja.. Haaaah.. Karena aku kebelet perlu sepeda, aku beli juga sepeda itu dan kemudian kuminta dia membawaku ke toko sepeda yang ada di downtown untuk mendapatkan upgrade dan perbaikan.. Setelah ditotal jenderal dengan biaya perbaikan, aku harus mengeluarkan dana sekitar $110.. Lumayan lah, sepedanya mempunyai rangka yang cukup baik. Tinggal mengganti rantai, memperbaiki rem dan menstabilkan rodanya saja lagi... Hal-hal lainnya nanti bisa di-upgrade lebih lanjut... Setelah meninggalkan alamat, nomor telpon dan email kepada pemilik toko sepeda, aku balik lagi ke McCollum diantar oleh Bob. Sepeda tersebut akan siap dalam minggu depan paling lambatnya. Si pemilik toko akan memberitahu lewat email..

Hari ini aku belum ada kuliah, jadi hanya berkeliaran dari kamar ke lobby dan sebaliknya... Sementara memang tidak membosankan, tapi aku kan juga nanti membutuhkan kegiatan baru.. Kita lihat saja nanti... Sekarang semua masih terlihat baru dan menyenangkan....

Minggu, 21 Agustus 2011

Cloudy Saturday


Semalam badai melanda dengan hujan yang cukup lebat. Pagi ini termasuk pagi yang cukup dingin dan basah, karena genangan air hujan serta serakan dahan dan ranting pohon yang terhempas karena angin kencang semalam, jelas terlihat terhampar di berbagai tempat. Aku masih berada di tampat Carl sementara ini, karena rencananya paling lambat sore nanti aku sudah berada di McCollum Residence Hall untuk tinggal secara permanen di apartment tersebut. Aku masih punya waktu beberapa saat lagi, baik untuk beres-beres ataupun tidur lagi, sebelum touring dalam kota dan housewarming dilakukan.

Aku melangkah di jalan aspal yang masih terasa lembab dan basah, menuju ke Hilltop, yang ada di dekat Stouffer Place Apartment. Kondisi cuaca hari ini sangat kontras dengan cuaca kemaren yang sangat menggigit panasnya. Aku cukup ingat lokasi tempat akan dimulainya tour dan dilanjutkan dengan House Warming ini, karena pernah lewat ke sana saat mencari lokasi McCollum Residence Hall untuk pertama kalinya. Kalau tidak salah, berada di belakang TK Hilltop. Aku pernah lewat di sana dan melihat banyak sekali anak-anak bule bermain di satu lokasi yang mirip dengan Taman Kanak-Kanaknya orang bule.

Dari kejauhan sudah kulihat keramaian orang-orang di dekat lapangan parkir yang berada agak sedikit keluar dari Hilltop Children Care... Aku segera menuju ke sana untuk mendaftarkan diri. Banyak kulihat mahasiswa asing di sana dan salah satunya adalah Lou Chang yang jadi teman sekamarku di McCollum. Di meja pendaftaran pertama, saku disuruh memasukkan nama, KU ID dan email address langsung ke dalam 3 laptop yang diletakkan berjajar di meja pendaftaran. Setelah itu, aku menuju ke meja kedua, dimana aku diberikan nomor di atas kertas putih petak, kokarde dan kokarde tempel. Di meja dua ini seorang gadis China memintaku bertukar nomor dengan temannya, karena nomor ku dan nomornya sama. Dia ingin dia dan temannya mempunyai nomor yang sama. Kemudian di meja tiga lebih berisi informasi saja, karena di sana khusus disediakan leaflet dan booklet tentang informasi kegiatan yang akan dilakukan, serta hal-hal lain yang mungkin diperlukan oleh para peserta. Sementara persiapan untuk housewarming tengah dipersiapkan oleh panitia khusus yang terdiri dari berbagai mahasiswa yang berasal dari negara yang beragam. Sepertinya International Association memang kumpulan dari berbagai negara.

Setelah mendaftar, mahasiswa asing yang akan berpartisipasi dibiarkan menunggu di dekat meja pendaftaran tiga sambil menunggu aba-aba selanjutnya dari panitia. Aku menggunakan kesempatan itu untuk bersosialisasi. Pertama kali yang kuhampiri adalah para pemuda China, Lou dan teman-temannya. Namun karena mereka sepertinya tidak begitu terbuka atau mungkin karena tidak begitu banyak omong (walaupun ramah) aku memutuskan untuk pindah ke komunitas yang lain. Mendadak mataku melihat seorang gadis berkerudung agak sedikit menepi dari kerumunan. Dia berada dekat denganseorang pemuda China atau Korea. Aku menghampirinya dan memulai percakapan. Tentunya dengan memastikan bahwa dia adalah muslim. Dia menjawa iya dan tengah berpuasa. Dia juga balik bertanya dan menanyakan tentang identitas dan kewarganegaraanku.  Namanya agak sedikit panjang, karena memakai binti kalau tidak salah. Dia berasal dari Oman dan di sini belajar tentang Biokimia atau Farmasi, sesuatu yang dilakukannya mungkin di Mallot Hall yang berseberangan dengan Haworth Hall tempatku berada. Sedangkan si pemuda Korea yang ada di dekatnya  juga belajar Biokimia. Sedang asyik-asyiknya mengobrol dengan mereka berdua, mendadak ada pengumuman bahwa acara akan dimulai. Kami melihat ke arah yang dekat dengan parkiran mobil, banyak orang-orang bule yang melambaikan nomor yang dipegangnya... O, ternyata kami harus menghampiri mereka yang mempunyai nomor yang sama dengan kami dan para bule tersebut yang akan menjadi pemandu tour kami langsung. Aku mencari-cari di antara kerumunan tersebut mana yang sama dengan nomor ku.. Ternyata, agak sedikit tersembunyi di antara kerumunan bule yang tinggi, ada seseorang yang melambaikan nomor yang sama denganku, nomor 9. Aku segera menuju ke sana. Ternyata seorang nenek-nenek berambut putih dan tentunya udah keriput (jarang-jarang juga kan ada nenek-nenek yang masih kenceng kulitnya...?). Setelah ketemu, tentunya langsung berkenalan dan berbincang-bincang.. Kemudian datang lagi seorang perempuan bule muda, namanya Nancy. Dia memperkenalkan diri berasal dari UK. Si nenek, yang sampai sekarang aku lupa nanyain namanya—saat berkenalan, justru aku saja yang menyebutkan nama. Setelah menunggu beberapa saat lagi, seorang gadis Korea yang manis datang menghampiri... Bahasa Inggrisnya cukupan lah, jadi kami bisa berkomunikasi dengan lancar. Dia gadis yang ceria dan membawa kamera DSLR kemana-mana di lehernya. Naah, kupikir, bisa nanti minta tolong sama dia untuk menjepret ku satu atau dua kali. Lumayan la, bisa nanti dipajang di wall Fesbuk ku....

Setelah si gadis Korea yang nama panggilannya Joo ini datang, anggota tour team 9 lengkap sudah. Kami langsung naik ke mobil si granny yang diparkir. Si granny dengan sigap mengemudikan mobilnya dan memulai tour kami pertama kali ke arah salah satu rumah sakit daerah untuk Kansas State ini, Cushing Memorial Hospital. Jalannya sih lumayan berliku, aku gak tahu apakah nanti akan ingat lagi jalan ke sini. Si Granny cukup tangkas juga mengemudinya, bahkan sesekali dia dengan nekad menerobos larangan untuk belok di suatu tikungan.. Okay, let’s rock it Gran..... Kami kemudian sampai di rumah sakit tersebut, yang terbuat dari bata berwarna coklat khas. Si Granny bilang bahwa dia pernah bekerja di rumah sakit ini sebagai tenaga ahli dietary bagi para pasien. Dia bilang bahwa di rumah sakit ini ada cafetaria yang makanannya cukup enak, tapi tetap memperhatikan persyaratan makanan yang boleh dikonsumsi oleh pasien rumah sakit itu. Wah, kupikir, seenak-enaknya makanan di rumah sakit, tetap lebih enak makanan di rumah sendiri dong... Rumah sakit itu kami lihat dari atas mobil saja..

Selanjutnya kami menuju ke West Side of Old Kansas, yaitu daerah yang pertama kali menjadi sentra perkembangan kota Kansas. Dari Granny aku juga tahu bahwa di Kansas dulu pernah terjadi era perbudakan sebelum dihentikan setelah perang saudara di Amerika. Kansas lama juga pernah dua kali dibakar total sampai habis dan kemudian dibangun ulang lagi, demi menghabiskan sejarah perbudakan di sana. Dalam perjalanan, kami juga melintasi jembatan yang berada di atas Kansas River, serta melewati City Hall yang menjadi tempat pertemuan antara warga kota dengan walikotanya.. Di sini, warga mempunya akses langsung untuk mengadukan permasalahannya kepada walikota untuk segera mendapatkan penanganan. Ha ha ha, jadi ingat dengan walikota Padang sendiri, yang minta ampun sulitnya untuk ditemui oleh masyarakat Padang.. Padahal yang milih kan rakyatnya juga.. Ha ha ha....

Sampai di stasiun ini, kami turun. Kebetulan ada kereta api yang sedang melintas membawa muatan barang. Kami masuk ke dalam stasiun yang berukuran kecil tersebut. Ternyata ada beberapa tour team lain yang sudah berada di sana. Aku melihat di dinding dalamnya, ada peta dunia yang ditempeli dengan banyak pin (jarum pentul) warna warni. Ternyata setiap pengunjung diberikan kesempatan untuk menancapkan jarum pentul di peta tersebut tepat di kota tempatnya berasal. Aku lihat, untuk Padang, malahan untuk Indonesia belum ada yang melakukannya. Segera kuisi form pendaftaran dan kemudian kuambil pentul berwarna hijau dan kutancapkan tepat di kota Padang. Padang ternyata ada di dalam peta dunia... Ha ha ha ha... Ambo gitu lho.... Selanjutnya aku keliling-keliling sebentar di dalam ruangan tersebut dan melihat seorang gadis pendek dan berwajah Asia. Kulihat name tag nya, ternyata dia bernama Hafizah. Aku mengajaknya ngobrol dan bercerita sedikit tentang kuliah di KU ini. Ternyata dia mengambil jurusan psikologi dan merupakan mahasiswa transfer dari salah satu Universitas yang ada di Malaysia. Hebat juga dia. Tapi aku tak bisa berlama-lama karena si Granny udah mengajak untuk ke tujuan berikutnya.

Kami sekarang menuju ke daerah downtown yang kemaren sudah kulihat. Cuma di sini Granny banyak memberikan informasi tentang toko-toko mana yang bisa kami kunjungi sebagai mahasiswa karena di sana terdapat harga yang cukup miring. Sepanjang perjalanan, beliau lebih banyak ngomong ke Nancy, terutama karena dia yang paling fasih di antara kami, dan juga karena si Granny pernah pergi ke British, sehingga beliau punya banyak bahan untuk dibincangkan dengan si Nancy. Ketika kami sudah selesai berkeliling di downtown, ternyata sudah hampir pukul sebelas. Granny buru-buru membelokkan mobilnya kembali ke Hilltop. Katanya, dia nggak ingin kami ketinggalan dalam housewarming dan tidak mendapatkan barang-barang yang bisa dipakai di apartment masing-masing. Oke deh Gran... You’re so right.....
Ternyata pas sampai di sana, panitia housewarming masih mempersiapkan kegiatan dengan menumpuk barang-barang yang akan diperebutkan dalam housewarming sesuai dengan jenis barangnya. Aku turut membantu si Granny yang menyumbangkan beberapa barang yang tidak dipakainya lagi, yaitu sebuah cemin besar dan dua buah pigura foto yang antik. Setelah itu aku melihat-lihat ke dalam kawasan housewarming tersebut dan di ujung sana, di dekat bagian alat-alat rumah tangga, kembali aku melihat seorang wanita berjilbab yang masih muda. Langsung ku menuju ke sana dan menyapanya... Yap, ternyata dia adalah orang Indonesia dan dialah orang Indonesia pertama yang kutemui di sini... Tapi, aku Cuma bisa bercakap-cakap sebentar dengannya, karena dia juga panitia acara ini dan segera setelah ini dia akan pergi ke suatu kawasan di Kansas bersama dengan beberapa orang Indonesia lainnya, menghadiri event yang diadakan khusus untuk orang Indonesia. Yaaaaaah.....

Di stasiun kereta Kansas yang berada di West Side of Old Kansas.. Keretanya masih berfungsi, tapi stasiun nya udah beralih fungsi menjadi museum...

Masih ada tersisa waktu sejam kurang lagi sebelum housewarmin dibuka. Granny menanyakan apakah kami masih ingin touring atau malah mungkin pergi makan. Kami memutuskan untuk touring saja, karena aku kan puasa...Ya sudah, kami melihat lagi daftar designation yang disiapkan oleh panitia dan masih ada beberapa lokasi lainnya yang belum kami lihat, misalnya Universitas yang diperuntukan khusus untuk orang India. Sebelum naik ke mobil, aku meminta Joo untuk memotret kami sekali lagi, kali ini dengan Granny. Walaupun si Granny ahli dalam mengemudi, dia cukup payah dalam mengingat jalur untuk ke suatu tujuan. Ya lah, kami diajak putar-putar kembali ke downtown, gak jadi melihat Universitas of Indian yang khusus untuk orang-orang Indian. Siapa tau aja kalau ke sana ketemu sama Sitting Bull atau yang paling anyar ketemu dengan Jacob dari Twilight yang bisa berubah menjadi Serigala.. Ohya, di downtown di dekat cafetaria Aladdin’s tempat kemaren diadakan acara makan siang department, ternyata ada kuil Mason (Mason Temple).. Wuiiih....


Pas kembali, sudah pukul dua belas siang. Hampir saja kami terlambat, karena pas turun dari mobil Granny, panitia sudah melepas pluit tanda housewarming sudah dimulai. Dan banyak sekali mahasiswa asing yang berebutan barang di event ini. Yang paling jelas terlihat garang adalah para negro kulit hitam, sambil “ngerap” alias ngomel-ngedumel satu sama lainnya, mereka terus mengumpulkan barang-barang yang bisa mereka jangkau. Sedangkan mahasiswa dari China menggunakan cara yang lebih terkoordinasi dimana satu orang menunggui barang yang sudah mereka dapatkan, sedangkan yang lainnya terus bergerak mencari. Dengan demikian, mereka banyak mendapatkan barang-barang yang bagus. Sementara yang peserta event yang lain harus bersusah payah untuk membawa kardus atau kantong yang makin lama makin berat berisi barang-barang yang diambil. Aku sendiri hanya memakai kardus yang ada di bawah meja tempat diletakkannya barang-barang rumah tangga. Aku mengambil sesuatu yang mulanya kukira selimut, tapi ternyata itu adalah rug (semacam karpet), sepray alas kasur, kemudian mengambil beberapa piring, mangkok plastik, mug keramik (kemudian aku baru sadar bahwa salah satu mug itu mempunyai lambang dan pesan dari sebuah misionaris kristen, ha ha ha). Beberapa serbet, sebuah pisau, DVD room player yang aku gak tau bakal diapakan serta hanger gantungan baju melengkapi hasil “menjarah” ku..

Granny kemudian mengajak kembali ke mobil. Kulihat Nancy tidak begitu tertarik untuk mengambil benda-benda di housewarming itu. Ia hanya mengambil satu tempat untuk popcorn yang berwarna merah putih garis-garis. Gadis Brit itu langsung pamit ke kami, dia ingin jalan kaki ke tempat tinggalnya di Jayhawk Tower. Sedangkan Joo tidak kelihatan lagi. Aku dan Granny mencarinya sebentar di kerumunan orang yang masih membludak di housewarming, tapi tidak ketemu sama sekali. Aku juga melihat Narayani, cewek India yang dari lab ku, sedang mengambil sesuatu dari tumpukanbarang-barang. Untuk temanku yang gak bisa datang hari ini, katanya... Akhirnya Granny memutuskan untuk kembali saja. Dia ingin mengantarku ke McCollum. Aku terima ajakannya dengan senang hati, karena barang jarahanku cukup berat.


Sesampai di halaman McCollum, aku berpisah dengan Granny setelah mengucapkan terima kasih banyak atas bantuannya. Dia berjanji untuk menyurati ku lewat email nantinya. Oke deh Gran.. Thanks a lot!!

All girls... Joo, Granny, Nancy..
Bersama pemandu tour keliling Kansas kami, si Granny dan Nancy yang dari British...

Aku naik ke lantai 4, menuju ke kamar  ku di 462. Si Lou belum kembali. Dia sih kayaknya perlu mobil truck membawa hasil jarahannya, karena dia dapat banyak barang, termasuk kursi, meja dan kulkas kecil. Aku segera meletakkan barang-barang tersebut di lemari yang khusus untukku. Setelah memberi alas pada kasur ku, aku berbaring sejenak, sebelum memutuskan untuk kembali ke duplex Carl. Duplex ternyata kosong. Robyn pergi entah kemana. Ya udah, aku tidur-tiduran sebentar di karpet kamar Carl yang empuk dan hangat sehingga benar-benar tertidur.

Pukul enam lewat, aku terbangun karena mendengar suara Robyn di kamarnya. Upppss... Bukan hanya suara gadis itu, tapi juga suara seseorang lain, seorang pria. Weeeh, dia bawa pacar ke kamarnya. Pake pintu kamar ditutup lagi.. Wadooh.. Walaupun aku tahu bahwa di Amerika ini biasa saja membawa pacar nginap di rumah, tapi aku kan berasal dari negara yang sama sekali menentang kelakuan seperti itu. Hhhhhhh.....

Akhirnya, sore itu kubulatkan tekad untuk segera pindah ke apartment ku.. Aku juga tidak mau menyusahkan Robyn lebih lanjut, sekaligus gak mau berada dekat dengan apa yang biasa dilakukan oleh remaja Amerika itu pada umumnya. Cuman, beberapa saat kemudian, Robyn dan pria yang jadi pacarnya itu (aku gak tau siapa,males sih ngintip) cabut dengan mobil mereka. Gak tau apakah karena tau aku ada di kamar sebelahnya dan tidak ingin terdengar atau apalah, yang penting, dengan demikian, aku bisa agak sedikit bebas pergi ke luar ke kamar mandi. Setelah shalat Ashar, aku kembali tiduran dan tertidur..

Bangunnya, Masya Allah, jam 08.51.... Terlewat sudah berbuka on time ku. Segera kembali menuju ke kamar mandi, beruduk sambil minum seteguk dua teguk air (di sini air dari kran sudah disterilkan). Shalat maghrib, kemudian dengan tergesa-gesa memakai jaket ku dan berlari ke Islamic Center.

Sampai di sana, ternyata hidangan sudah nyaris habis. Untung saja masih ada sedikit nasi dan ayam gulai plus salad... Segera kuambil dan ku duduk di belakang duo Malaysia.. Mereka sudah selesai dan Azhar bersiap-siap ingin pulang. Aku juga segera menyelesaikan makan ku dan mengejarnya. Aku perlu minta pertolongan Azhar kali ini untuk mengangkut barang-barangku ke McCollum. Sebenarnya sudah sejak pagi semua barang-barang ku pack ke dalam carrier bag ku. Mula-mula Azhar keberatan, karena dia pikir banyak barang yang akan kubereskan, sedangkan dia perlu segera pulang untuk istirahat, karena besok masih akan bekerja. Aku bilang bahwa semua barang-barang sudah ku pack dan tinggal bawa saja. Akhirnya dia setuju dan segera mengajakku bergerak...

Sampai di duplex, aku segera masuk dan mengambil semua barang-barangku. Robyn masih belum pulang. Kupikir malah bagus lah, besok kalau ketemu tinggal pamitan saja lagi. Azhar terkejut juga dengan barang-barangku yang sedikit itu. Tapi aku sudah bilang bahwa aku memang bawa sedikit barang demi memudahkan perjalanan. Diapun mahfum dengan ini.

Kemudian kami langsung menuju ke McCollum. Sampai di sana, saat akan menurunkan barang, Azhar menawarkan untuk mengantarkanku ke Islamic Center lagi jika aku pengen ke sana. Aku bilang aku pengen ke Dillon’s. Azhar bilang dia akan menunggu ku di pelataran parkir McCollum. Aku segera menuju ke kamarku, meletakkan semua bawaan, mengambil dompet dan sedikit uang sisa, kemudian segera berangkat kembali menemui Azhar.

Kami bergerak kembali ke Dillon’s. Azhar menanyakan kenapa aku memilih di McCollum, bukan di Stouffer atau di Jayhawk Tower, karena katanya tempat ku sekarang itu umumnya untuk mahasiswa undergraduate. Kubilang, karena itulah yang diberikan oleh housing department. Azhar menyarankan untuk suatu waktu nanti menukar tempat tinggalku dengan tempat yang lebih lapang lagi, terutama kalau memang istriku nanti akan datang. Aku mengucapkan terima kasih atas saran yang diberikannya.

Sesampai di Dillon, aku segera mengambil kerangjang belanja dan mengambil beberapa barang yang kuperlukan, terutama untuk sahur besok. Antara lain buah-buahan, sabun cuci tangan, beberapa crispy rice yang mengandung protein serta segalon air dan segalon susu. Saat mengantarku kembali, Azhar bertanya apakah aku punya kulkas? Karena kalau susunya banyak begitu, harus dimasukkan ke dalam kulkas supaya tidak cepat basi. Aku bilang, aku akan menghabiskannya dalam semalaman ini. Azhar geleng-geleng kepala saja. Sebelum mengantarku pulang, Azhar membawaku melewati jalur jalan di antara apartment Stouffer, untuk menunjukkan jalan pintas dari McCollum menuju ke Islamic Center sehingga aku bisa sampai dengan lebih cepat untuk berbuka puasa besok harinya.

Sekali lagi aku mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan yang diberikan oleh Azhar. Setelah itu aku menuju ke kamar dan kali ini benar-benar membereskan barang-barangku dan menatanya dengan semestinya di ruangan yang tidak begitu luas tersebut. Setelah itu, minum susu dan menyantap beberap keping crispy. Setelah itu aku menuju ke lantai satu apartment untuk mendapatkan akses internet. Di sini lah aku mendapati Joo, si gadis Korea teman satu touring ku, tengah chatting dengan keluarganya. Aku duduk di bangku sebelahnya dan menanyakan kabarnya, terutama karena dia menghilang saja sesaat setelah housewarming tadi siang. Juga tak lupa menanyakan major yang diambilnya di KU. Ternyata dia belajar melukis di sini dan mengikuti program pertukaran pelajar selama satu semester. Hooke deh....

Setelah itu, aku menanyakan foto-foto yang tadi siang diambil dengan kameranya. Dia mengatakan masih di dalam kameranya. Setelah selesai chatting, dia kemudian memintaku menunggui laptopnya dan beranjak menuju ke kamarnya. Tak berapa lama dia kembali dan membawa kameranya, serta menyerahkan memory cardnya kepada ku untuk di copy langsung ke laptopku. Wuaaah, terima kasih Joo.. Dia juga membuatkan alamat FB nya sehingga bisa segera ku add. Mudah-mudahan saja dia approved dan jadi banyak teman sesama Asia yang nanti bisa diminta bantuannya di sini..

Jadilah malam ini berbeda dari malam-malam kemaren.. Aku meng-update status di ruang tempat sosialisasi di lantai satu, bersama-sama dengan banyak mahasiswa lain. Ada yang dari China, Jepang, Amerika Latin dan yang paling heboh adalah cewek-cewek Negro. Mereka ngobrol sambil sesekali ketawa ketiwi kayak orang lagi ngegosip. Tapi itulah dinamikanya hidup di apartment.

So, let’s start my new live here..............................