Minggu, 21 Agustus 2011

Cloudy Saturday


Semalam badai melanda dengan hujan yang cukup lebat. Pagi ini termasuk pagi yang cukup dingin dan basah, karena genangan air hujan serta serakan dahan dan ranting pohon yang terhempas karena angin kencang semalam, jelas terlihat terhampar di berbagai tempat. Aku masih berada di tampat Carl sementara ini, karena rencananya paling lambat sore nanti aku sudah berada di McCollum Residence Hall untuk tinggal secara permanen di apartment tersebut. Aku masih punya waktu beberapa saat lagi, baik untuk beres-beres ataupun tidur lagi, sebelum touring dalam kota dan housewarming dilakukan.

Aku melangkah di jalan aspal yang masih terasa lembab dan basah, menuju ke Hilltop, yang ada di dekat Stouffer Place Apartment. Kondisi cuaca hari ini sangat kontras dengan cuaca kemaren yang sangat menggigit panasnya. Aku cukup ingat lokasi tempat akan dimulainya tour dan dilanjutkan dengan House Warming ini, karena pernah lewat ke sana saat mencari lokasi McCollum Residence Hall untuk pertama kalinya. Kalau tidak salah, berada di belakang TK Hilltop. Aku pernah lewat di sana dan melihat banyak sekali anak-anak bule bermain di satu lokasi yang mirip dengan Taman Kanak-Kanaknya orang bule.

Dari kejauhan sudah kulihat keramaian orang-orang di dekat lapangan parkir yang berada agak sedikit keluar dari Hilltop Children Care... Aku segera menuju ke sana untuk mendaftarkan diri. Banyak kulihat mahasiswa asing di sana dan salah satunya adalah Lou Chang yang jadi teman sekamarku di McCollum. Di meja pendaftaran pertama, saku disuruh memasukkan nama, KU ID dan email address langsung ke dalam 3 laptop yang diletakkan berjajar di meja pendaftaran. Setelah itu, aku menuju ke meja kedua, dimana aku diberikan nomor di atas kertas putih petak, kokarde dan kokarde tempel. Di meja dua ini seorang gadis China memintaku bertukar nomor dengan temannya, karena nomor ku dan nomornya sama. Dia ingin dia dan temannya mempunyai nomor yang sama. Kemudian di meja tiga lebih berisi informasi saja, karena di sana khusus disediakan leaflet dan booklet tentang informasi kegiatan yang akan dilakukan, serta hal-hal lain yang mungkin diperlukan oleh para peserta. Sementara persiapan untuk housewarming tengah dipersiapkan oleh panitia khusus yang terdiri dari berbagai mahasiswa yang berasal dari negara yang beragam. Sepertinya International Association memang kumpulan dari berbagai negara.

Setelah mendaftar, mahasiswa asing yang akan berpartisipasi dibiarkan menunggu di dekat meja pendaftaran tiga sambil menunggu aba-aba selanjutnya dari panitia. Aku menggunakan kesempatan itu untuk bersosialisasi. Pertama kali yang kuhampiri adalah para pemuda China, Lou dan teman-temannya. Namun karena mereka sepertinya tidak begitu terbuka atau mungkin karena tidak begitu banyak omong (walaupun ramah) aku memutuskan untuk pindah ke komunitas yang lain. Mendadak mataku melihat seorang gadis berkerudung agak sedikit menepi dari kerumunan. Dia berada dekat denganseorang pemuda China atau Korea. Aku menghampirinya dan memulai percakapan. Tentunya dengan memastikan bahwa dia adalah muslim. Dia menjawa iya dan tengah berpuasa. Dia juga balik bertanya dan menanyakan tentang identitas dan kewarganegaraanku.  Namanya agak sedikit panjang, karena memakai binti kalau tidak salah. Dia berasal dari Oman dan di sini belajar tentang Biokimia atau Farmasi, sesuatu yang dilakukannya mungkin di Mallot Hall yang berseberangan dengan Haworth Hall tempatku berada. Sedangkan si pemuda Korea yang ada di dekatnya  juga belajar Biokimia. Sedang asyik-asyiknya mengobrol dengan mereka berdua, mendadak ada pengumuman bahwa acara akan dimulai. Kami melihat ke arah yang dekat dengan parkiran mobil, banyak orang-orang bule yang melambaikan nomor yang dipegangnya... O, ternyata kami harus menghampiri mereka yang mempunyai nomor yang sama dengan kami dan para bule tersebut yang akan menjadi pemandu tour kami langsung. Aku mencari-cari di antara kerumunan tersebut mana yang sama dengan nomor ku.. Ternyata, agak sedikit tersembunyi di antara kerumunan bule yang tinggi, ada seseorang yang melambaikan nomor yang sama denganku, nomor 9. Aku segera menuju ke sana. Ternyata seorang nenek-nenek berambut putih dan tentunya udah keriput (jarang-jarang juga kan ada nenek-nenek yang masih kenceng kulitnya...?). Setelah ketemu, tentunya langsung berkenalan dan berbincang-bincang.. Kemudian datang lagi seorang perempuan bule muda, namanya Nancy. Dia memperkenalkan diri berasal dari UK. Si nenek, yang sampai sekarang aku lupa nanyain namanya—saat berkenalan, justru aku saja yang menyebutkan nama. Setelah menunggu beberapa saat lagi, seorang gadis Korea yang manis datang menghampiri... Bahasa Inggrisnya cukupan lah, jadi kami bisa berkomunikasi dengan lancar. Dia gadis yang ceria dan membawa kamera DSLR kemana-mana di lehernya. Naah, kupikir, bisa nanti minta tolong sama dia untuk menjepret ku satu atau dua kali. Lumayan la, bisa nanti dipajang di wall Fesbuk ku....

Setelah si gadis Korea yang nama panggilannya Joo ini datang, anggota tour team 9 lengkap sudah. Kami langsung naik ke mobil si granny yang diparkir. Si granny dengan sigap mengemudikan mobilnya dan memulai tour kami pertama kali ke arah salah satu rumah sakit daerah untuk Kansas State ini, Cushing Memorial Hospital. Jalannya sih lumayan berliku, aku gak tahu apakah nanti akan ingat lagi jalan ke sini. Si Granny cukup tangkas juga mengemudinya, bahkan sesekali dia dengan nekad menerobos larangan untuk belok di suatu tikungan.. Okay, let’s rock it Gran..... Kami kemudian sampai di rumah sakit tersebut, yang terbuat dari bata berwarna coklat khas. Si Granny bilang bahwa dia pernah bekerja di rumah sakit ini sebagai tenaga ahli dietary bagi para pasien. Dia bilang bahwa di rumah sakit ini ada cafetaria yang makanannya cukup enak, tapi tetap memperhatikan persyaratan makanan yang boleh dikonsumsi oleh pasien rumah sakit itu. Wah, kupikir, seenak-enaknya makanan di rumah sakit, tetap lebih enak makanan di rumah sendiri dong... Rumah sakit itu kami lihat dari atas mobil saja..

Selanjutnya kami menuju ke West Side of Old Kansas, yaitu daerah yang pertama kali menjadi sentra perkembangan kota Kansas. Dari Granny aku juga tahu bahwa di Kansas dulu pernah terjadi era perbudakan sebelum dihentikan setelah perang saudara di Amerika. Kansas lama juga pernah dua kali dibakar total sampai habis dan kemudian dibangun ulang lagi, demi menghabiskan sejarah perbudakan di sana. Dalam perjalanan, kami juga melintasi jembatan yang berada di atas Kansas River, serta melewati City Hall yang menjadi tempat pertemuan antara warga kota dengan walikotanya.. Di sini, warga mempunya akses langsung untuk mengadukan permasalahannya kepada walikota untuk segera mendapatkan penanganan. Ha ha ha, jadi ingat dengan walikota Padang sendiri, yang minta ampun sulitnya untuk ditemui oleh masyarakat Padang.. Padahal yang milih kan rakyatnya juga.. Ha ha ha....

Sampai di stasiun ini, kami turun. Kebetulan ada kereta api yang sedang melintas membawa muatan barang. Kami masuk ke dalam stasiun yang berukuran kecil tersebut. Ternyata ada beberapa tour team lain yang sudah berada di sana. Aku melihat di dinding dalamnya, ada peta dunia yang ditempeli dengan banyak pin (jarum pentul) warna warni. Ternyata setiap pengunjung diberikan kesempatan untuk menancapkan jarum pentul di peta tersebut tepat di kota tempatnya berasal. Aku lihat, untuk Padang, malahan untuk Indonesia belum ada yang melakukannya. Segera kuisi form pendaftaran dan kemudian kuambil pentul berwarna hijau dan kutancapkan tepat di kota Padang. Padang ternyata ada di dalam peta dunia... Ha ha ha ha... Ambo gitu lho.... Selanjutnya aku keliling-keliling sebentar di dalam ruangan tersebut dan melihat seorang gadis pendek dan berwajah Asia. Kulihat name tag nya, ternyata dia bernama Hafizah. Aku mengajaknya ngobrol dan bercerita sedikit tentang kuliah di KU ini. Ternyata dia mengambil jurusan psikologi dan merupakan mahasiswa transfer dari salah satu Universitas yang ada di Malaysia. Hebat juga dia. Tapi aku tak bisa berlama-lama karena si Granny udah mengajak untuk ke tujuan berikutnya.

Kami sekarang menuju ke daerah downtown yang kemaren sudah kulihat. Cuma di sini Granny banyak memberikan informasi tentang toko-toko mana yang bisa kami kunjungi sebagai mahasiswa karena di sana terdapat harga yang cukup miring. Sepanjang perjalanan, beliau lebih banyak ngomong ke Nancy, terutama karena dia yang paling fasih di antara kami, dan juga karena si Granny pernah pergi ke British, sehingga beliau punya banyak bahan untuk dibincangkan dengan si Nancy. Ketika kami sudah selesai berkeliling di downtown, ternyata sudah hampir pukul sebelas. Granny buru-buru membelokkan mobilnya kembali ke Hilltop. Katanya, dia nggak ingin kami ketinggalan dalam housewarming dan tidak mendapatkan barang-barang yang bisa dipakai di apartment masing-masing. Oke deh Gran... You’re so right.....
Ternyata pas sampai di sana, panitia housewarming masih mempersiapkan kegiatan dengan menumpuk barang-barang yang akan diperebutkan dalam housewarming sesuai dengan jenis barangnya. Aku turut membantu si Granny yang menyumbangkan beberapa barang yang tidak dipakainya lagi, yaitu sebuah cemin besar dan dua buah pigura foto yang antik. Setelah itu aku melihat-lihat ke dalam kawasan housewarming tersebut dan di ujung sana, di dekat bagian alat-alat rumah tangga, kembali aku melihat seorang wanita berjilbab yang masih muda. Langsung ku menuju ke sana dan menyapanya... Yap, ternyata dia adalah orang Indonesia dan dialah orang Indonesia pertama yang kutemui di sini... Tapi, aku Cuma bisa bercakap-cakap sebentar dengannya, karena dia juga panitia acara ini dan segera setelah ini dia akan pergi ke suatu kawasan di Kansas bersama dengan beberapa orang Indonesia lainnya, menghadiri event yang diadakan khusus untuk orang Indonesia. Yaaaaaah.....

Di stasiun kereta Kansas yang berada di West Side of Old Kansas.. Keretanya masih berfungsi, tapi stasiun nya udah beralih fungsi menjadi museum...

Masih ada tersisa waktu sejam kurang lagi sebelum housewarmin dibuka. Granny menanyakan apakah kami masih ingin touring atau malah mungkin pergi makan. Kami memutuskan untuk touring saja, karena aku kan puasa...Ya sudah, kami melihat lagi daftar designation yang disiapkan oleh panitia dan masih ada beberapa lokasi lainnya yang belum kami lihat, misalnya Universitas yang diperuntukan khusus untuk orang India. Sebelum naik ke mobil, aku meminta Joo untuk memotret kami sekali lagi, kali ini dengan Granny. Walaupun si Granny ahli dalam mengemudi, dia cukup payah dalam mengingat jalur untuk ke suatu tujuan. Ya lah, kami diajak putar-putar kembali ke downtown, gak jadi melihat Universitas of Indian yang khusus untuk orang-orang Indian. Siapa tau aja kalau ke sana ketemu sama Sitting Bull atau yang paling anyar ketemu dengan Jacob dari Twilight yang bisa berubah menjadi Serigala.. Ohya, di downtown di dekat cafetaria Aladdin’s tempat kemaren diadakan acara makan siang department, ternyata ada kuil Mason (Mason Temple).. Wuiiih....


Pas kembali, sudah pukul dua belas siang. Hampir saja kami terlambat, karena pas turun dari mobil Granny, panitia sudah melepas pluit tanda housewarming sudah dimulai. Dan banyak sekali mahasiswa asing yang berebutan barang di event ini. Yang paling jelas terlihat garang adalah para negro kulit hitam, sambil “ngerap” alias ngomel-ngedumel satu sama lainnya, mereka terus mengumpulkan barang-barang yang bisa mereka jangkau. Sedangkan mahasiswa dari China menggunakan cara yang lebih terkoordinasi dimana satu orang menunggui barang yang sudah mereka dapatkan, sedangkan yang lainnya terus bergerak mencari. Dengan demikian, mereka banyak mendapatkan barang-barang yang bagus. Sementara yang peserta event yang lain harus bersusah payah untuk membawa kardus atau kantong yang makin lama makin berat berisi barang-barang yang diambil. Aku sendiri hanya memakai kardus yang ada di bawah meja tempat diletakkannya barang-barang rumah tangga. Aku mengambil sesuatu yang mulanya kukira selimut, tapi ternyata itu adalah rug (semacam karpet), sepray alas kasur, kemudian mengambil beberapa piring, mangkok plastik, mug keramik (kemudian aku baru sadar bahwa salah satu mug itu mempunyai lambang dan pesan dari sebuah misionaris kristen, ha ha ha). Beberapa serbet, sebuah pisau, DVD room player yang aku gak tau bakal diapakan serta hanger gantungan baju melengkapi hasil “menjarah” ku..

Granny kemudian mengajak kembali ke mobil. Kulihat Nancy tidak begitu tertarik untuk mengambil benda-benda di housewarming itu. Ia hanya mengambil satu tempat untuk popcorn yang berwarna merah putih garis-garis. Gadis Brit itu langsung pamit ke kami, dia ingin jalan kaki ke tempat tinggalnya di Jayhawk Tower. Sedangkan Joo tidak kelihatan lagi. Aku dan Granny mencarinya sebentar di kerumunan orang yang masih membludak di housewarming, tapi tidak ketemu sama sekali. Aku juga melihat Narayani, cewek India yang dari lab ku, sedang mengambil sesuatu dari tumpukanbarang-barang. Untuk temanku yang gak bisa datang hari ini, katanya... Akhirnya Granny memutuskan untuk kembali saja. Dia ingin mengantarku ke McCollum. Aku terima ajakannya dengan senang hati, karena barang jarahanku cukup berat.


Sesampai di halaman McCollum, aku berpisah dengan Granny setelah mengucapkan terima kasih banyak atas bantuannya. Dia berjanji untuk menyurati ku lewat email nantinya. Oke deh Gran.. Thanks a lot!!

All girls... Joo, Granny, Nancy..
Bersama pemandu tour keliling Kansas kami, si Granny dan Nancy yang dari British...

Aku naik ke lantai 4, menuju ke kamar  ku di 462. Si Lou belum kembali. Dia sih kayaknya perlu mobil truck membawa hasil jarahannya, karena dia dapat banyak barang, termasuk kursi, meja dan kulkas kecil. Aku segera meletakkan barang-barang tersebut di lemari yang khusus untukku. Setelah memberi alas pada kasur ku, aku berbaring sejenak, sebelum memutuskan untuk kembali ke duplex Carl. Duplex ternyata kosong. Robyn pergi entah kemana. Ya udah, aku tidur-tiduran sebentar di karpet kamar Carl yang empuk dan hangat sehingga benar-benar tertidur.

Pukul enam lewat, aku terbangun karena mendengar suara Robyn di kamarnya. Upppss... Bukan hanya suara gadis itu, tapi juga suara seseorang lain, seorang pria. Weeeh, dia bawa pacar ke kamarnya. Pake pintu kamar ditutup lagi.. Wadooh.. Walaupun aku tahu bahwa di Amerika ini biasa saja membawa pacar nginap di rumah, tapi aku kan berasal dari negara yang sama sekali menentang kelakuan seperti itu. Hhhhhhh.....

Akhirnya, sore itu kubulatkan tekad untuk segera pindah ke apartment ku.. Aku juga tidak mau menyusahkan Robyn lebih lanjut, sekaligus gak mau berada dekat dengan apa yang biasa dilakukan oleh remaja Amerika itu pada umumnya. Cuman, beberapa saat kemudian, Robyn dan pria yang jadi pacarnya itu (aku gak tau siapa,males sih ngintip) cabut dengan mobil mereka. Gak tau apakah karena tau aku ada di kamar sebelahnya dan tidak ingin terdengar atau apalah, yang penting, dengan demikian, aku bisa agak sedikit bebas pergi ke luar ke kamar mandi. Setelah shalat Ashar, aku kembali tiduran dan tertidur..

Bangunnya, Masya Allah, jam 08.51.... Terlewat sudah berbuka on time ku. Segera kembali menuju ke kamar mandi, beruduk sambil minum seteguk dua teguk air (di sini air dari kran sudah disterilkan). Shalat maghrib, kemudian dengan tergesa-gesa memakai jaket ku dan berlari ke Islamic Center.

Sampai di sana, ternyata hidangan sudah nyaris habis. Untung saja masih ada sedikit nasi dan ayam gulai plus salad... Segera kuambil dan ku duduk di belakang duo Malaysia.. Mereka sudah selesai dan Azhar bersiap-siap ingin pulang. Aku juga segera menyelesaikan makan ku dan mengejarnya. Aku perlu minta pertolongan Azhar kali ini untuk mengangkut barang-barangku ke McCollum. Sebenarnya sudah sejak pagi semua barang-barang ku pack ke dalam carrier bag ku. Mula-mula Azhar keberatan, karena dia pikir banyak barang yang akan kubereskan, sedangkan dia perlu segera pulang untuk istirahat, karena besok masih akan bekerja. Aku bilang bahwa semua barang-barang sudah ku pack dan tinggal bawa saja. Akhirnya dia setuju dan segera mengajakku bergerak...

Sampai di duplex, aku segera masuk dan mengambil semua barang-barangku. Robyn masih belum pulang. Kupikir malah bagus lah, besok kalau ketemu tinggal pamitan saja lagi. Azhar terkejut juga dengan barang-barangku yang sedikit itu. Tapi aku sudah bilang bahwa aku memang bawa sedikit barang demi memudahkan perjalanan. Diapun mahfum dengan ini.

Kemudian kami langsung menuju ke McCollum. Sampai di sana, saat akan menurunkan barang, Azhar menawarkan untuk mengantarkanku ke Islamic Center lagi jika aku pengen ke sana. Aku bilang aku pengen ke Dillon’s. Azhar bilang dia akan menunggu ku di pelataran parkir McCollum. Aku segera menuju ke kamarku, meletakkan semua bawaan, mengambil dompet dan sedikit uang sisa, kemudian segera berangkat kembali menemui Azhar.

Kami bergerak kembali ke Dillon’s. Azhar menanyakan kenapa aku memilih di McCollum, bukan di Stouffer atau di Jayhawk Tower, karena katanya tempat ku sekarang itu umumnya untuk mahasiswa undergraduate. Kubilang, karena itulah yang diberikan oleh housing department. Azhar menyarankan untuk suatu waktu nanti menukar tempat tinggalku dengan tempat yang lebih lapang lagi, terutama kalau memang istriku nanti akan datang. Aku mengucapkan terima kasih atas saran yang diberikannya.

Sesampai di Dillon, aku segera mengambil kerangjang belanja dan mengambil beberapa barang yang kuperlukan, terutama untuk sahur besok. Antara lain buah-buahan, sabun cuci tangan, beberapa crispy rice yang mengandung protein serta segalon air dan segalon susu. Saat mengantarku kembali, Azhar bertanya apakah aku punya kulkas? Karena kalau susunya banyak begitu, harus dimasukkan ke dalam kulkas supaya tidak cepat basi. Aku bilang, aku akan menghabiskannya dalam semalaman ini. Azhar geleng-geleng kepala saja. Sebelum mengantarku pulang, Azhar membawaku melewati jalur jalan di antara apartment Stouffer, untuk menunjukkan jalan pintas dari McCollum menuju ke Islamic Center sehingga aku bisa sampai dengan lebih cepat untuk berbuka puasa besok harinya.

Sekali lagi aku mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan yang diberikan oleh Azhar. Setelah itu aku menuju ke kamar dan kali ini benar-benar membereskan barang-barangku dan menatanya dengan semestinya di ruangan yang tidak begitu luas tersebut. Setelah itu, minum susu dan menyantap beberap keping crispy. Setelah itu aku menuju ke lantai satu apartment untuk mendapatkan akses internet. Di sini lah aku mendapati Joo, si gadis Korea teman satu touring ku, tengah chatting dengan keluarganya. Aku duduk di bangku sebelahnya dan menanyakan kabarnya, terutama karena dia menghilang saja sesaat setelah housewarming tadi siang. Juga tak lupa menanyakan major yang diambilnya di KU. Ternyata dia belajar melukis di sini dan mengikuti program pertukaran pelajar selama satu semester. Hooke deh....

Setelah itu, aku menanyakan foto-foto yang tadi siang diambil dengan kameranya. Dia mengatakan masih di dalam kameranya. Setelah selesai chatting, dia kemudian memintaku menunggui laptopnya dan beranjak menuju ke kamarnya. Tak berapa lama dia kembali dan membawa kameranya, serta menyerahkan memory cardnya kepada ku untuk di copy langsung ke laptopku. Wuaaah, terima kasih Joo.. Dia juga membuatkan alamat FB nya sehingga bisa segera ku add. Mudah-mudahan saja dia approved dan jadi banyak teman sesama Asia yang nanti bisa diminta bantuannya di sini..

Jadilah malam ini berbeda dari malam-malam kemaren.. Aku meng-update status di ruang tempat sosialisasi di lantai satu, bersama-sama dengan banyak mahasiswa lain. Ada yang dari China, Jepang, Amerika Latin dan yang paling heboh adalah cewek-cewek Negro. Mereka ngobrol sambil sesekali ketawa ketiwi kayak orang lagi ngegosip. Tapi itulah dinamikanya hidup di apartment.

So, let’s start my new live here..............................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar