Rasanya sudah sangat lama sekali tidak menuliskan note lagi... Sudah seminggu lebih, dan sudah sekian banyak hal menumpuk di kepala, menunggu buat ditumpahkan dan dibeberkan, biar terasa lega sedikit beban yang ditanggung pria perantauan ini.. Darimana baiknya menuliskannya... Dibagi saja jadi beberapa bagian yah?? He he he...
Flawless?? It's mostly flaw....
Amerika memang negara maju. Sangat maju sekali, sampai-sampai aku mengira dalam setiap bidang kehidupannya, semua fasilitas yang diberikan untuk itu adalah fasilitas kelas satu.. Memang, di the University of Kansas ini semua yang bisa diimpikan seorang mahasiswa dapat digapai dengan mudah. Mulai dari sarana pendidikan yang benar-benar lengkap, gedung kuliah yang besar, sarana audio-visual yang sangat mendukung, tenaga pengajar yang berpengalaman, staf bagian administrasi yang sangat berdedikasi, serta maintenance dan teknisi yang sangat terlatih memberikan kami para mahasiswa kenyamanan tingkat tinggi. Tapi kalau dilihat-lihat lagi, secara mendalam--dan mungkin karena aku sudah beberapa minggu berada di sini, tetap saja terdapat kekurangan dalam hal-hal tertentu.... Beberapanya mungkin bisa nih diambil jadi pelajaran kalau-kalau suatu waktu nanti Indonesia sudah menjadi negara maju juga....
Yang pertama sekali, aku kecewa nih, dengan sistem pertoiletannya..
kalau diuraikan begini nih.. Kemaren aku baca tentang maintenance di KU ini, katanya menghabiskan sekitar 200.000 lebih rol kertas tissue gulung buat ganti "cebokan" para pemakai toilet. Tentang yang ini, aku mikirnya begini (ini sambil nongkrong di atas WC duduknya toilet di McCollum). Jumlah gulungan tisu yang kusebutkan di atas tadi merupakan jumlah minimal. Terutama karena mahasiswa pendatang sepertiku, yang sampai sekarang masih merasa risih kalau cebok bukan dengan air, menggunakan lebih banyak tisu untuk hal yang sedikit private tersebut. Coba bayangkan, kalau semua negara yang penduduknya mayoritas penduduknya cebokan dengan air mengirimkan penduduknya untuk tinggal di Amerika ini, maka dengan bergantinya sistem ini, mereka akan menggunakan tisue satu setengah kali lebih banyak dari para native Amerika di sini. Dan sangat bisa jadi, peningkatan pemakaian ini akan meningkatkan penebangan pohon yang menjadi bahan dasar pembuatan kertas tisu tadi.. Emang sih, mereka melakukannya dengan sistem yang environmental friendly dan mendapatkan sertifikasi green label... Tapi bagiku, sekali menebang, tetaplah menebang.. Dan sekali kehilangan satu pohon, sangat lamaaa sekali menggantinya... Kenapa sih, di Amrik ini gak pake WC jongkok aja.. Kenapa gak pake air aja buat cebokan? Air kan bisa di-recycle lagi.... Hhhhhhhh.....
Daripada yang ini.....
Mending yang ini.....
Terus yang berikutnya, pemakaian kendaraan. Sekali lagi, Amrik negara yang sangat maju dengan income per capita rata-rata penduduknya mencapai lebih dari US$1500... Jadi wajar kalau semua keluarga paling tidak punya satu mobil. Nah, ini yang jadi bahan pemikiranku (kali ini mikirnya gak nyambi di atas jamban dudukan tadi lagi lho). Gini uraiannya. Di sini, angka yang kubilang tadi masih dalam jumlah yang terkecil, yaitu satu keluarga satu mobil. Padahal dalam kenyataannhya, hampir satu orang satu mobil. nah, gak heran kalau di parkiran McCollum ini dan juga di parkiran dorm yang lain, populasi mobil yang mangkal di sana hampir mencapai lebih dari setengah penghuni masing-masing dorm. Ini kan gak efektif dalam segi penggunaan sumber daya alam yang bernama minyak bumi? Padahal kan kita sudah sama-sama tahu kalau Minyak dan Gas adalah sumber daya alam yang tidak bisa terbaharukan... Kalau habis ya habis.. Di sini, kayaknya ada semacam trend di antara kawula muda, kalau udah mencapai usian akil baligh yang dipercaya berada pada rentang usian 17 tahun, mereka merasa kudu untuk punya kendaraan yang beroda empat tadi (bemo sama bajaj apalagi becak, gak masuk dalam hitungan yaa...). Nah, yang ditakutkan bukan banyaknya mobil yang berkeliaran di jalan. Tapi sumber tenaga untuk menghidupkan mobil-mobil tadi yang membuat aku jadi kepikiran. Bukannya itu mempercepat habisnya minyak bumi? Para ahli pun sependapat, bahwa pencarian tenaga alternatif untuk pengganti minyak bumi masih jauh dari memadai, sehingga ketergantungan akan sumber daya alam itu masih tak terelakkan? Jadi, dengan lantang (walau dalam hati) aku teriak: "berlakukanlah three in one lagiiiiiii hooooooooiiiiii...."

Kira-kira kedengaran gak ya sama orang-orang.........???

Kemudian, yang terakhir untuk dibahas di bagian ini, tentunya adalah masalah krisis moral. Tentu saja, aku memandang semua yang ada di sini dari kacamata orang Timur yang dihadapkan dengan culture shocking yang demikian dahsyat. Aku datang ke KU ini tepat dengan musim panas, dimana suhu terpanas mencapai 114 derajat Fahrenheit atau kalau dikalibrasikan ke Celcius, sekitar 40an derajat gitu... Wuiih, jauh lebih anget dibandingkan di Padang yang paling tinggi tercatat sekitaran 30an derajat.. Nah, wajar dong, para bule di sini yang gak doyan gerah gitu jadi "brubah!!" Yang namanya "BUPATI" sama "SEKWILDA" bukan barang aneh lagi.. Aku jadi mikir, apakah aku dapat dosa ya, karena emang kemana mata memandang, tertumbuknya yang emang selalu ke situ itu tu... Kadang dapat yang enak diliat (he he he... tau lah artinya), kadang keliatan yang bener-bener bikin sembelit ku kambuh: gendut, selulit di mana-mana, item koreng lutung mutung (ini istilah baru) untuk yang negro atau kulit putih pucat bercak-bercak, dan kedodoran dimana-mana.. Udah dapat dosa, eh yang diliatin juga gak enak chuy! Saban beginian, aku selalu berdoa, cepat lah datang musim dingin, biar pada rapet semua tuh pakaian... Coba aja keluar dengan style begituan di musim dingin... Bisa-bisa beku tuh "dagangan"... He he he....

Udah ah, cukup bicara tentang yang jelek-jelek... Sekarang tentang diriku lagi...
Dalam beberapa hari ini, yang notabene mendekati hari Lebaran Ied, sudah cukup bisa adaptasi dengan lingkungan kasar di Kansas ini. Kasar secara iklim maksudnya. Kalau orang-orangnya masih terhitung ramah untuk kawasan barat ini. Aku perlu sharing juga pengalaman ini biar kalau-kalau ada teman-teman lain yang kebetulan dapat kesempatan serupa, bisa memanfaatkan pengalaman ini dan mendapatkan hal yang lebih baik.
Kemudian aku juga sudah ketemu dengan pembimbingku yang lainnya, yaitu Dr. Andrew Townsend Peterson. Dia telah kembali dari perjalanan koleksi lapangannya yang di Mongol. Dan di ruangannya yang berada di sudut Barat lantai tujuh the Natural History Museum itulah aku bertemu untuk kedua kalinya dengan professor yang ramah dan baik hati itu dua hari yang lalu. Pertemuan kami yang pertama kali adalah tahun 2010 lalu, saat sama-sama hadir di ATBC Bali. Dia saat itu yang duluan menyapaku dan kemudian mengajak berbincang-bincang serta dengan sangat positif mendorongku untuk kembali apply ke KU. Dan keramahan itu juga yang kembali diperlihatkannya saat aku menemuinya di siang hari itu. Ruangannya yang tak luas itu dipenuhi dengan buku-buku, catatan lapangan, peralatan lapangan serta berbagai manuskrip ilmiah. Gema vokal opera yang mendayu-dayu kadang menyentak mengalun di ruangannya. Aku duduk di kursi di seberang mejanya, menunggunya yang masih sibuk dengan notebook nya, sementara di depannya terdapat komputer dengan layar menumpuk sebanyak delapan buah, persis ruang monitoring keamanan.
Say hello adalah hal pertama dalam agendaku dengan pembimbingku ini. Kemudian dia menanyakan bagaimana keadaanku selama beberapa minggu berada di Kansas ini. Saat tahu aku tinggal di McCollum, apalagi saat mengetahui aku sudah menikah, jadi segera merekomendasikan aku untuk mengurus pengajuan aplikasi ke Stouffer Place Apartment serta mengurus perubahan status di I-20 yang nanti diperlukan untuk membuat visa buat spouse. Kemudian kami membincangkan tentang masalah GRA ku yang terkait dengan pengurusan Social Security Number ku. Town menjelaskan dengan singkat bahwa dalam GRA nanti, kerja utamaku adalah mengatur database museum dan me-link-kannya dengan database dari lokasi-lokasi ilmiah lain seperti Museum Natural History yang ada di Universitas lain dan juga di Smithsonian... Wiih, aku jadi kepikiran bisa gak ya menyelesaikan tugas itu? Termasuk juga nanti adalah meng-entry database burung-burung Asia Tenggara di mana Indonesia menjadi bagian darinya. Setelahitu Town mengirim email ke Heather Campbell yang ada di bagian accounting Museum untuk menanyakan masalah tersebut. Sambil menunggu balasan Heather, kami menuju ke ruangan Rob, pembimbingku yang lainnya. Dia mengajak Rob untuk diskusi tentang perkuliahanku. Rob kalau tidak di lapangan, memang selalu berada di ruangannya, sibuk dengan entry data.
Di sini kami ngomong panjang lebar tentang perkuliahanku, termasuk tentang garis besar apa yang harus kulakukan dalam lima tahun ke depan nanti (itu kalau tahun 2012 gak jadi kiamat lho). Kasarnya, dalam satu sampai dua tahun pertama, aku hanya harus menyelesaikan kewajiban perkuliahan ku dengan baik sambil belajar banyak hal di museum, seperti masalah entry data tadi dan cara membuat spesimen yang baik. Di sini standarnya, aku harus mengerjakan di bawah supervisi seseorang yang berpengalaman dengan spesimen sebanyak 50 individu burung terlebih dahulu sampai menjadi spesimen yang layak simpan, baru kemudian bisa dianggap agak mumpuni untuk melakukan pembuatan spesimen secara mandiri. Termasuk untuk kemudian juga terjun ke lapangan melakukan pekerjaan koleksi. Dan lapangan yang dimaksud di sini bukan pergi ke suatu lokasi yang ada di Amerika atau kembali ke Indonesia dan melakukan rutinitas lapangan seperti yang biasanya kulakukan sebelum kuliah di KU ini. Tapi ke lapangan yang lebih internasional lagi. Bisa jadi ke Amerika Latin atau bahkan ke Afrika. Subhanallah, aku benar-benar tidak menyangka bahwa apa yang pernah kuimpikan di waktu kecil dulu untuk melihat tempat-tempat indah yang kusaksikan di layar kaca suatu saat nanti akan menjadi kenyataan.
Lebih lanjut tentang kuliah, nanti di tahun ketiga baru lah aku akan lebih serius untuk mengolah apa yang sudah kupelajari dan mewujudkannya menjadi sebuah proposal kerja yang paling banyak mencapai 10 halaman dan harus bisa menggambarkan apa yang hendak aku kerjakan. Proposal ini nanti akan dipertahankan di depan panelis penguji yang terdiri dari 5 orang profesor, empat di antaranya berasal dari EEB sendiri. Waduuuuuh, lima orang profesor nanti akan kuhadapi....?? Aku deg-degan juga mendengar hal ini. Bisa gak yaaa.... Itu yang kubisikan di dalam hati. Mudah-mudahan saja lancar semuanya nanti. Jika berhasil melewati tahapan proposal tadi, maka aku baru berhak menggalang status PhD Candidate, dari yang semulanya sekarang PhD Aspirant. Setelah itu, melakukan penelitian, mengolah hasil, mempresentasikannya dalam berbagai seminar, membuat artikel di jurnal ilmiah, kemudian menulis disertasi, melakukan sidang beberapa kali dan baru nantinya berhak menyandang gelar PhD... (InsyaAllah)... Dalam perjalanan itu nanti, aku akan melewati beberapa status beasiswa, antara lain GRA yang sekarang kupakai, kemudian ada kemungkinan untuk CA (curator assistantship), dan nantinya GTA (Graduate Teaching Assistantship) alias mengajar mahasiswa di EEB yang tingkatannya lebih rendah, seperti mahasiswa Bachelor dan Master degree. Waduh biyuuuuung...... Bisa gak yaaaa...??
Setelah selesai diskusi, aku dan Town kembali ke ruangannya. Ternyata Heather sudah membalas emailnya dan mengatakan bahwa ada beberapa dokumen yang harus kuurus secepatnya sebelum GRA ku bisa dicairkan. Termasuk di dalamnya adalah Social Security Number tadi. Cuman sayangnya, pas aku mau menyusul Heather ke ruangannya, dianya bilang di dalam pesannya bahwa dia keluar jam 2.40 untuk masuk ke kelas tertentu. Kayaknya, di samping nyambi jadi akunting di Museum, dia juga ngambil kuliah.Tapi masih mending lah. Paling tidak dia tahu bahwa aku adalah salah seorang mahasiswa grad yang akan mengurus sesuatu kepadanya.
Oke, aku pamit ke Town dan bilang akan mengurus hal selanjutnya yang kuanggap vital: mengurus rekening bank. Aku akhirnya memutuskan untuk membuka rekening di Commerce Bank yang ada cabangnya di Kansas Union dengan pertimbangan supaya kalau mau ngambil uang, tempatnya dekat. Lokasinya juga pas dan berada di pusat keramaian Kansas Union ini. Kalau dianalogikan dengan Unand, Kansas Union ini sama dengan Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM). Di sini berbagai aktifitas mahasiswa plus dengan tenaga akademik nya menyatu padu, mulai dari pentas seni, kegiatan amal, pemutaran film, penggalangan dana dan sebagainya. Jadi pas banget kalau aku pilih bank ini. Dan lebih enaknya lagi, kita sebagai mahasiswa bisa membuka rekening dengan dana $0.... tentunya asala kita mempunyai kartu mahasiswa...Aku yang sudah mempunyai kartu KU ID tentu saja eligible untuk mendaftar. Si gadis berlogat selatan yang berdiri di meja customer service dengan cepat memberikan serangkap form untuk kuisi dan menjelaskan bagian mana saja yang wajib dilengkapi. Kemudian setelah selesai dia menyuruhku untuk menuju ke meja lain yang dihandle oleh seorang wanita pirang yang juga tak kalah tangkasnya melayani dan menjelaskan proses demi proses dengan cepat dan mudah. Dan voila..... Sejenak kemudian, aku sudah punya rekening di sana. KU ID ku juga sudah diprogram untuk menjadi kartu ATM cadangan. Plus satu lagi, aku mendapatkan sebuah baju kaos rock chalk-nya jayhawk berwarna biru. Kartu debit yang juga berfungsi sebagai ATM akan bisa kuambil besoknya.
Selasa besoknya, aku mengambil kartu debit yang dijanjikan tersebut. Ternyata sebelumnya, aku disuruh dulu memilih motif kartunya serta warna apa yang diinginkan. Tak lama kemudian, aku sudah mendapatkan kertu debit VIsa versi Commerce Bank dengan latar kartu berwarna biru dan bergambar bangunan kuno KU. Satu lagi hal yang akan mempermudah ku berkuliah di sini sudah kudapatkan. Yang lain-lainnya akan segera menyusul.
Kemudian dengan tergesa-gesa aku masuk ke kelas Systematic and Macro-Evolution.. ternyata hari ini ada presentasi dari E Wiley yang bukunya "Phylogenetics: Theory and Practice of Phylogenetic Systematics" kami pakai dalam perkuliahan tersebut. Aku yang belum beli buku tersebut terpaksa agak kecewa karena teman-teman yang sudah punya buku tersebut bisa minta tandatangan langsung dari sang penulis buku yang kebetulan memberikan kuliah tamunya hari itu.. Selesai kuliah yang dipandu oleh Paulyn Cartwright tadi, aku diajak oleh Mabel, teman PhD yang dari Peru untuk mengurus SSN kami ke Heather. Aku yang ingin segera menyelesaikan semua hal yang masih mengganjal, mengiyakan saja dan mengikutinya menuju ke Dyche Hall, tempat Museum berlokasi. Untung saja Heather ada di sana dan kami dengan segera bisa menyelesaikan semua urusan, termasuk membuat surat pernyataan kesetaraan pajak untuk kami. Jika tidak ada surat tersebut, maka proporsi pajak untuk kami bisa mencapai 60%, karena dianggap sebagai warga asing. Jika menggunakan surat penyetaraan tersebut, maka prosentasenya bisa menjadi 30%. Heather juga mengisi dan menandatangi form permohonan SSN ku. Sekarang tinggal menuju ke Strong Hall ke bagian resgistrar mahasiswa untuk menyerahkan surat penyetaraan pajak tadi dan kemudian ke kantor ISSS untuk meminta legalisir form permohonan SSN. Sambil berjalan ke sana, Mabel menerangkan bahwa dia mendapatkan banyak bantuan saran dan nasehat dari Chowru yang asal Korea. Katanya dia bermasalah dengan kepengurusan surat-suratnya dan sampai sekarang sudah mengalami 7 kali perubahan I-20. Mabel bilang, bahwa Chowru tidak ingin lagi ada mahasiswa baru yang mengalami nasib seperti dia. Makanya dia banyak membantu Mabel mengurus surat-suratnya.
Di resistrar kami hanya sebentar karena hanya menyerahkan surat tersebut dengan simpel ke seorang petugas. Sedangkan di ISSS, aku harus menunggu adviser yang bisa memberikan panduan tentang form SSN yang kubawa. Mereka baru ada jam 1.30 pm nanti. Jadi kuputuskan untuk masuk ke kuliah Biometric dahulu.
Ternyata profesor John Kelly sudah memulai kelas sejak tadi dan pas aku sampai tengah memasuki masa rehat sebelum paruh kedua kelas dimulai. Aku mengambil tempat duduk di antara Kyungjin dan Chan. Kami mengobrol sedikit terutama tentang kuliah Biometric serta PR pertama kami yang diberikan oleh John Kelly. Ternyata Chan belum selesai mengerjakannya. Sedangkan aku dan Kyungjin sudah sejak kemaren selesai dan sudah saling membandingkan hasil kami satu sama lain. Tak lama kemudian John Kelly kembali masuk dan kelas dilanjutkan. Ternyata, dilanjutkannya dengan diskusi pribadi langsung antara mahasiswa yang sudah ditentukan pada kuliah hari selasa minggu lalu. Aku melihat Kate Ingenloff lagi ngomong sama Prof. John Kelly. Dan setelah itu, aku yang dipanggil. Waduh, aku lupa bahwa namaku sudah diumumkan sebelumnya. Tapi dengan PEDE aku tetap ke depan kelas, menemui profesor muda yang lincah itu. Bahan diskusi yang kubawa di dalam otakku adalah tentang masalah pengukuran parameter spesimen burung yang selama ini kulakukan, termasuk bagaimana mengatasi permasalahan jumlah sampel yang tak seragam di beberapa lokasi. Banyak hal lain yang kutanyakan tentang masalah statistik dan pengambilan sampel kepadanya. John Kelly menjawab dengan panjang lebar serta menggunakan banyak contoh yang mudah dimengerti. Aku sangat kagum padanya yang memang mumpuni di bidangnya tersebut.
Selesai dari kelas Biometric, aku kembali menuju ke Strong Hall untuk mencari adviser yang akan menangani form SSN ku. Untung saja tidak lama menunggu, aku bisa menemui salah seorangnya yang bernama Lenny... Dia segera membuka file ku yang ada di homepage universitas dan melihat data-dataku. Setelah yakin bahwa semua hal tentangku beres, dia segera menandatangani permohonan SSN ku tadi dan menyerahkan kembali kepadaku. Niatku hari itu adalah untuk menyelesaikan dengan tuntas tentang SSN ku dengan pergi ke kantor Social Security Office yang ada di Wakarusa, sekitar 10 km dari Lawrence. Ternyata bis dari kampus yang menuju ke sana jarang sekali lewatnya. Bisnya bernomor jalur 10 dan biasanya datang sekali 30 menit, sampai pukul 5 pm. Tapi karena aku selesai dari ISSS jam dua dan akan masuk Department Seminar jam 3.30 pm, maka waktu yang sedikit tersebut sangat mepet. Bis nomor 10 itu juga gak datang-datang. Akhirnya kuputuskan untuk naik bis nomor 30 ke Bob Billing yang juga menuju jalur yang sama, tapi berhenti lebih dahulu sebelum Wakarusa. Di atas bis baru kusadari aku telah sangat salah mengambil bis itu, karena Bob Billing sangat jauh dari Wakarusa sehingga kalau berjalan kaki mungkin akan memakan waktu sangat lama dan dengan resiko capek berjalan, tapi pas sampai di SSO, kantor itu sudah tutup. Maka kuputuskan untuk turun di tengah jalan, di Westerbrook dan menunggu bis 10, kalau-kalau ada. Ternyata bis nomor 10 yang dimaksud tidak datang-datang juga, sementara jarum jam semakin mendekati angka 3. Sudah lah, kuputuskan untuk kembali ke kampus dan menunggu bus nomor 30 yang balik dari Bob Billing menuju ke Main Campus.
Jadilah hari itu aku berputar-putar keliling Lawrence cukup jauh. Melebihi jalur biasa yang sering kutempuh....
haaaahhh.... Asli capek...
Ohya, aku juga capek nulis note nya...
Nanti dalam note selanjutnya akan kuceritakan tentang berbagai kebiasaan orang-orang di sini.. Termasuk pertemuan dengan orang-orang Indonesia yang akhirnya nongol juga di Lawrence ini... Sementara ini dulu yaa....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar